Riset: Sebagian Pengguna Facebook Sebarkan Keraguan Soal Vaksin Covid-19

Riset Facebook menyebutkan, ada segelintir pengguna yang menyebarkan keraguan mengenai vaksin Covid-19 sehingga membuat orang lain enggan dan takut divaksin.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Mar 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi Facebook
Facebook (LOIC VENANCE / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Riset Facebook mengenai 'keraguan atas vaksin' mendapati bahwa sebagian kecil pengguna mengajak pengguna lainnya untuk tidak divaksinasi.

Keraguan atas vaksin dan informasi yang tidak benar mengenai Covid-19 menyebar melalui media sosial.

Mengutip The Verge, Selasa (16/3/2021), WHO menyatakan keduanya dapat menggagalkan pemberantasan Covid-19 melalui upaya vaksinasi.

WHO juga menyebut, keraguan atas vaksin mungkin tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas terjadinya peningkatan kasus campak sebesar 30 persen di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Namun keraguan atas vaksin berperan dalam membangkitkan kembali penyakit campak.

Sebelumnya Facebook melarang diklan berisi hoaks dan menyesatkan mengenai vaksin pada Oktober lalu. Lalu pada Desember 2020, Facebook mengaku telah menghapus klaim palsu mengenai vaksin Covid-19 dan mulai menginformasikan ke pengguna ketika mereka berinteraksi dengan unggahan berisi informasi palsu.

Facebook pun mengambil berbagai langkah untuk mempromosikan informasi otoritatif mengenai vaksin Covid-19.

Bikin Orang Lain Takut Vaksin

FOTO: Amerika Serikat Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Menurut riset ini, ada banyak informasi yang abu-abu, misalnya ketika pengguna menyebutkan di Facebook bahwa gejela mereka setelah divaksin lebih buruk dari yang diperkirakan.

Komentar tersebut dapat digunakan untuk lebih memahami dampak vaksin, namun juga membuat pengguna lain takut dan enggan divaksin. Apalagi jika sebelumnya mereka sudah ragu untuk divaksinasi.

Para peneliti Facebook menemukan ada informasi tumpang tindih antara pengguna yang terhubung dengan teori konspirasi QAnon yang sudah dilarang di platform ini.

Kerja Sama dengan Berbagai Ahli Kesehatan

Juru bicara Facebook Dani Lever mengatakan, perusahaan bermitra dengan lebih dari 60 ahli kesehatan global dan mempelajari konten terkait vaksin Covid-19 dan informasi lain untuk menginformasikan kebijakannya.

Facebook juga rutin mempelajari tren yang mungkin jadi bagian dari percakapan di platformnya.

Misalnya mengenai voting, bias, ujaran kebencian, ketelanjangan dan lain-lain. Dari data ini, Facebook pun terus menyempurnakan produknya.

"Pakar kesehatan masyarakat memperjelas bahwa mengatasi keraguan atas vaksin menjadi prioritas utama. Itu sebabnya kami meluncurkan kampanye global yang menghubungkan 2 miliar orang dengan informasi terpercaya dari pakar kesehatan dan menghapus klaim palsu mengenai Covid-19 dan vaksin," kata juru bicara Facebook Dani Lever.

(Tin/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya