Pelatihan Literasi Digital Dapat Bantu UMKM Lebih Produktif dan Mandiri

Transformasi digital telah terakselerasi dalam waktu relatif singkat karena pandemi Covid-19.

oleh M Hidayat diperbarui 31 Mar 2021, 17:15 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2021, 17:15 WIB
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital. Kredit: Nattanan Kanchanaprat via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Transformasi digital telah terakselerasi dalam waktu relatif singkat karena pandemi Covid-19. Karena itu, para pelaku usaha, termasuk UMKM, dihadapkan pada tantangan sekaligus kesempatan yang harus dikelola secara tepat supaya dapat bersaing dan beradaptasi dengan perubahan. 

Peran penting UMKM dalam menggerakkan perekonomian nasional mendorong PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) mengembangkan keterampilan para pelaku UMKM melalui program Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC). 

Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis, menegaskan komitmen perusahaan di ajang konferensi Indonesia Summit 2021 - The Economist. 

"Kami senantiasa menjalankan komitmen untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing UMKM secara terpadu dan menyeluruh," ujar Mindaugas.

Terutama dalam hal transformasi digital, kata dia, perusahaan berupaya "membantu meningkatkan literasi digital serta mengembangkan aplikasi AYO SRC untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing toko kelontong tradisional." 

Menurut data BPS, pertumbuhan PDB Indonesia terkontraksi sekitar 2 persen pada 2020 dan lebih 90 persen pelaku usaha, mulai dari ultra mikro hingga menengah, mengaku mengalami penurunan penjualan. Memasuki 2021, pemerintah meyakini perekonomian akan kembali bangkit pada kisaran 4,5 hingga 5,5 persen.

 

Peran swasta

Selain insentif dan stimulus dari pemerintah di bawah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kolaborasi dan kontribusi pihak swasta juga dinilai penting dalam rangka mempercepat proses pemulihan ekonomi. 

Mengutip riset dari Litbang Kompas, Mindaugas menyebut pendapatan pemilik toko kelontong SRC pada tahun 2019 mencapai hampir Rp 70 triliun atau setara dengan 4,1 persen PDB ritel. Lebih jauh, 58 persen pemilik toko kelontong SRC merupakan perempuan dan 30 persen di antaranya berperan menafkahi keluarga.

"Antusiasme terhadap SRC juga terjadi pada pelanggan. Hingga Februari 2021, ada lebih dari 939.000 pelanggan telah terdaftar dalam aplikasi AYO SRC. Dalam aspek B2B, terdapat 80.000 pengguna aktif setiap minggunya dan tercatat 5,5 juta pemesanan terjadi di dalam platform dengan nilai transaksi lebih dari Rp 9 triliun sepanjang tahun 2020," kata dia menambahkan.

Hingga saat ini SRC mengklaim telah merangkul lebih dari 130.000 pemilik toko kelontong di 34 provinsi di Indonesia sejak diluncurkan pada tahun 2008.

 

Sesi panel

Adapun sesi diskusi panel “Technology for Recovery”, ia merupakan bagian dari konferensi Indonesia Summit 2021 dari The Economist. Sesi ini menghadirkan narasumber dari beragam sektor industri dan profesi.

Mereka antara lain Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Bambang Brodjonegoro, Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis, Head of Growth WeWork Southeast Asia, Elizabeth Fuller, dan Country Director untuk Facebook di Indonesia, Pieter Lydian.

Sesi ini membahas tentang peran teknologi dan ekosistem digital dalam pemulihan ekonomi di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya