3 Tren E-Commerce Asia Tenggara yang Muncul Selama Pandemi

Menurut Industry Head E-Commerce Google, Jerome Hamlin, ada tiga tren yang terjadi dalam bisnis e-commerce di Asia Tenggara selama pandemi ini.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 05 Sep 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi eCommerce, belanja online, online shopping
Ilustrasi eCommerce, belanja online, online shopping. Kredit: Preis_King via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Google mengungkap sejumlah temuannya mengenai tren bisnis e-commerce selama pandemi ini. Hal itu diungkapkan oleh Industry Head E-Commerce Google, Jerome Hamlin dalam acara Lazada Brands Future Forum yang diadakan secara virtual.

Dalam kesempatan itu, Jerome merujuk laporan e-commerce Asia Tenggara terbaru yang menggambarkan konsumen e-commerce di wilayah tumbuh begitu luar biasa sepanjang 1,5 tahun terakhir. Hal itu dipengaruhi oleh jumlah konsumen yang muda dan memiliki mobilitas tinggi.

"Tren pertama yang kami lihat adalah migrasi ritel yang beralih ke e-commerce makin masif. Dari riset kami, banyak yang menggunakan e-commerce dan bermitra dengan layanan seperti Lazada untuk membentuk hubungan jangka panjang," tutur Jerome.

Selain migrasi yang masif, jumlah penjual secara keseluruhan juga meningkat. Berdasarkan riset, Jerome menuturkan, pertumbuhan penjual online tumbuh hingga tiga kali dibandingkan sebelum pandemi.

Lalu tren terakhir yang dicatat Google adalah konsumsi video yang tinggi di wilayah ini. Menurut Jerome, berdasarkan laporan, 10 besar negara dengan konsumsi video paling banyak (watch time) berasal dari Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

"Saya kira ini ada peluang brand untuk melibatkan video sebagai bagian dari konsumsi. Jadi, penting untuk ikut melibatkan sisi kreatif sebagai bagian dari strategi pemasaran," tutur Jerome menjelaskan.

Sementara terkait dengan kebiasaan konsumen, Jerome mengatakan, konsumen di Asia Tenggara kini tidak lagi menjadi pemicu utama seseorang berbelanja. Kini, dorongan fundamental berbelanja adalah soal pengalaman berbelanja, seperti proses pengiriman yang tepat waktu.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

7,3 Juta UMKM Masuk ke Ekosistem Digital Selama Pandemi

Ilustrasi UMKM
Ilustrasi UMKM (dok.pexels)

Untuk di Indonesia sendiri, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat hingga kini terdapat 15,3 juta UMKM yang sudah onboarding atau 23,9 persen dari jumlah UMKM yang ada atau naik 7,3 juta UMKM selama pandemi covid-19.

“Adapun jumlah UMKM yang onboarding pada ekosistem digital sudah mencapai 15,3 juta atau 23,9 persen dari jumlah UMKM yang ada atau naik 7,3 juta UMKM selama pandemi. Itu kurang lebih perkembangan yang menggembirakan,” kata Deputi UKM Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman dalam konferensi pers Peningkatan UKM Masuk ke Pasar Digital, Kamis (26/8/2021).

Dia menjelaskan, peningkatan UMKM yang onboarding tersebut sesuai dengan data dari World Bank 2021 yang menyebutkan bahwa sebanyak 80 persen UMKM Indonesia sudah terhubung dalam ekosistem digital.

“Dari data-data statistik ini menunjukkan bahwa 80 persen UMKM kita yang survive itu adalah yang masuk ke ekosistem digital. Dimana kita ketahui bersama bahwa ekosistem digital memiliki daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan pandemi,” ujarnya.

Disisi lain, Hanung juga menyampaikan data dari Kementerian Perdagangan tahun 2020 yang menyebutkan bahwa jumlah transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp 266 triliun. “Bisa dikatakan cukup besar,” imbuhnya.

Transaksi E-Commerce

Sementara sampai kuartal II-2021 jumlah transaksi e-commerce Indonesia telah mencapai Rp 186,8 triliun atau meningkat 63,4 persen Year on Year. Menurutnya, dengan perkembangan transaksi e-commerce yang cukup pesat ini bisa mendorong target 30 juta UMKM tahun 2024 bisa tercapai.

“Perkembangan dari transaksi e-commerce ini cukup pesat, jadi kami perkirakan tahun 2021 ini pertumbuhannya bisa di atas Rp 400 triliun. Sementara target sampai tahun 2024 diharapkan ada 30 juta UMKM yang masuk onboarding ke ekosistem digital,” ungkapnya.

Pihaknya bahkan memprediksi pada tahun 2025 potensi pasar digital Indonesia bisa mencapai USD 124 miliar atau lebih dari Rp 1.700 triliun. Prediksi tersebut didukung lantaran Indonesia tercatat sebagai pengguna e-commerce tertinggi di Asia Tenggara.

“Potensi pasar digital Indonesia pada tahun 2025 mencapai USD 124 miliar atau lebih dari Rp 1.700 triliun, jadi cukup besar pasarnya. Dan  Indonesia adalah pengguna e-commerce tertinggi di Asia tenggara,” pungkasnya.   

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya