Liputan6.com, Jakarta - Hari Ibu yang selalu diperingati setiap tanggal 22 Desember kerap menjadi pengingat pentingnya sosok ibu bagi seorang anak. Perayaan Hari Ibu pun dilakukan dengan berbagai cara oleh masing-masing orang.
Ada yang memberikan hadiah pada ibu, ada yang mengajak jalan-jalan, atau mengajak ibu makan bersama. Namun selain itu, ada pula cara sederhana lain yang bisa dilakukan seorang anak untuk menunjukkan rasa cintanya pada ibu.
Baca Juga
Salah satunya adalah memasang Twibbon di foto profil media sosial atau aplikasi chatting. Twibbon sendiri merupakan gambar yang biasanya dipadukan dengan foto profil untuk merayakan hari istimewa atau mendukung kampanye tertentu.
Advertisement
Nah, bagi kamu yang ingin memasang Twibbon dan memakainya untuk menyambut Hari Ibu 2021, Tekno Liputan6.com akan memberikan cara mencari dan memasangnya di foto profil milikmu.
- Buka situs twibbonize
- Setelah itu tulis Hari Ibu di kolom pencarian 'Cari Campaign'
- Lalu, deretan Twibbon yang berhubungan dengan Hari Ibu akan muncul dan pilih yang paling sesuai
- Begitu memilih satu Twibbon, kamu tinggal memilih foto yang ingin digunakan
- Setelah semua selesai, kamu tinggal mengunduh foto yang sudah dilengkapi Twibbon
- Hasil Twibbon tersebut nantinya dapat dibagikan sebagai foto profil di media sosial dan aplikasi chatting
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perayaan Hari Ibu 22 Desember dan Perbedaannya dengan Mother's Day
Seperti diketahui, setiap 22 Desember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari Ibu. Peringatan tersebut tak lepas Kongres Perempuan Indonesia III yang dilaksanakan pada 23--28 Juli 1938.
Dalam tersebut membahas tentang Undang-Undang Perkawinan Modern, soal hak pilih dan dipilih bagi kaum perempuan untuk posisi di Badan Perwakilan atau Volksraad. Dari kongres itu kemudian diputuskan 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, dilansir dari laman Indonesia.go.id, Senin, 20 Desember 2021.
Kongres Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) III di Bandung dipimpin oleh Emma Puradirejda. Organisasi ini semacam federasi dari berbagai organisasi dan perkumpulan pergerakan perempuan di Indonesia.
Kongres PPI III tak lepas dari Kongres PPI I sejak 22--25 Desember 1928. Karena tanggal Kongres PP I itu yang kemudian disepakati sebagai Hari Ibu, yaitu 22 Desember.
Sebanyak 600 orang perwakilan organisasi kemasyarakatan perempuan dan wanita dari pelbagai latar belakang sosial budaya menghadiri kongres tersebut. Dalam kongres dibahas tentang usaha perjuangan untuk perbaikan hidup perempuan dan kesetaraan antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki.
Advertisement
Sejarah Hari Ibu di Indonesia
Mereka sepakat perempuan tidak hanya harus duduk di dapur saja, kecuali jika menjadi nomor satu di dapur. Mereka juga berpendapat sudah saatnya mengangkat derajat buat kaum perempuan, lelaki dan perempuan harus berjalan beriringan.
PPI dalam kongres II-nya pada 28-31 Desember 1929 di Jakarta, mengubah nama PPI menjadi PPII (Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia). PPII memiliki asas kebangsaan, persamaan, jiwa sosial, dan persamaan hak di antara laki-laki dan perempuan. Dari perjalanan panjang itulah kemudian dilaksanakannya Hari Ibu.Â
Dikutip dari berbagai sumber, Emma Pureadiredja adalah sosok di balik tercetusnya Hari Ibu. Ia merupakan sosok wanita kelahiran Cilimus, Kuningan 13 Agustus 1902 yang cukup diperhitungkan dalam merangkul para perempuan agar tetap berdikari dalam membela Indonesia.
Emma Puradiredja berlatar belakang keluarga menak. Emma remaja memeroleh akses pendidikan yang cukup memadai untuk menyuarakan pergerakan kaum muda di Jawa Barat.
Ia mendirikan Pasundan Istri (PASI) dengan dilanjutkan menjadi ketua Kongres Perempuan Indonesia ke-3 di Bandung. Pada 2017 lalu Emma menjadi salah satu tokoh yang rekam jejaknya ditampilkan di Museum Sumpah Pemuda. Nama Emma Puradiredja juga disematkan menjadi nama sebuah rumah sakit bersalin.
Emma Puradiredja wafat pada 19 April 1976 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Ia dikebumikan pada 20 April 1976 di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.
(Dam/Ysl)