Liputan6.com, Jakarta - Media sosial dinilai merupakan salah satu momentum terbaik bagi anak muda, di mana menyediakan banyak hal yang manusia butuhkan.
Di sisi lain, Pakar Komunikasi Politik Hendri Satrio, menilai media sosial adalah media yang memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang kaum muda suka.
Baca Juga
"Banyak hal yang bisa dieksplorasi dari platform jejaring tersebut dan terdapat momentum yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muda untuk melesatkan karir mereka," kata Hendri Satrio di forum Dialog Psikologi Nusantara, dikutip Jumat (20/5/2022).
Advertisement
Berkaitan antara momentum dengan karir seseorang, menurut Hendri, hal tersebut tidak hanya berfungsi pada seorang politisi, namun bisa juga hadir bagi kalangan profesional.
“Justru biasanya, sebuah momentum akan terasa setelah momentum tersebut terlewat,” ucapnya menambahkan.
Pria kelahiran Jakarta, 23 Mei 1978 ini mengingatkan kepada generasi milenial agar dapat merasakan dan memanfaatkan setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya agar kesempatan tersebut dapat menjadi sebuah momentum yang baik.
Di sisi lain, media sosial bagi Hendri adalah selayaknya pedang bermata dua, yang berarti ada sisi negatif dan positifnya.
“Jangan sampai menjadikan media sosial hanya sebagai media pencitraan. Media sosial kalau sampai salah digunakan dapat menjadi boomerang yang menyebabkan kerugian di masa mendatang,” ujar Hendri.
Dirinya pun memberikan perhatian khusus pada peraturan yang mengatur perlindungan data pribadi yang menurutnya tidak kunjung rampung hingga saat ini.
Hendri mengatakan lebih baik apabila perlindunan data pribadi ditangani langsung oleh komisi dan bukan oleh pemerintah. Alasannya terdapat trust issue yang dinilai kurang kepada pemerintah bila data pribadi masyarakat dipegang oleh pemerintah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Banyak Bias
Selain data pribadi, Hendri mengatakan masih terdapat kekurangan dari media sosial, di mana masih ada jarak yang tercipta antara satu orang dengan orang yang lain.
Bagi Hendri media sosial gagal untuk mengenalkan orang secara keseluruhan. Banyak bias yang terjadi apabila kita mengenal seseorang hanya melalui media sosial, sehingga ungkapan tak kenal maka tak sayang, menurut Hendri hanya akan terjadi bila seseorang tersebut saling mengenal secara langsung, dan bukan dari media sosial.
Sebagai contoh dalam hal elektabilitas politisi yang sebetulnya aktif di media sosial. Hendri menjelaskan bahwa dari hasil disertasinya, aktivitas media sosial bagi politisi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap elektabilitas politisi tersebut.
Bestian Nainggolan pada kesempatan yang sama membedah isi dari buku "Momentum" karya Hendri Satrio. Hendri, di dalam kajiannya, dapat memformulasikan antara karir politik atau profesional lainnya dengan momentum.
Dirinya memuji temuan Hendri yang berhasil memediasi antara fariabel-fariabel kepemimpinan, pengalaman berbisnis, maupun modal sosial dengan momentum, dan yang menariknya di antara fariabel tersebut justru momentumlah yang dinilai menjadi faktor determinan dalam pengembangan karir seseorang.
Selain itu, Bestian mengapresiasi kerja keras Hendri yang telah menantang 26 hasil penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif dan dikonfirmasi melalui permodelan yang Hendri bentuk sendiri.
Di dalam buku ini Hendri telah menjabarkannya dengan bahasa yang menarik namun tidak melupakan kekuatan dan kualitas isinya.
Dari sisi psikologi, Yosef Dedy Pradipto, menjelaskan bahwa milenial atau kaum muda mengingatkan kita semua untuk menjadi pribadi jujur dan jernih yang dibenamkan nilai-nilainya dari keluarga.
Bagi Yosef, melalui sosial media, milenial bisa memanfaatkannya untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut kepada dunia. Harapannya agar generasi masa depan memiliki integritas dan nilai budi yang luhur untuk menjadi generasi penerus bangsa.
Advertisement
Literasi Digital Bisa Cegah Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Di sisi lain, Anggota Komisi I DPR RI Kresna Dewanata Phrosakh, mengatakan literasi digital sangat diperlukan masyarakat guna mencegah terpengaruh informasi palsu atau hoaks di media sosial.
"Dengan adanya literasi digital, kita bisa mengurangi bahkan membentengi masyarakat dari dari berita-berita bohong atau hoaks yang dapat memecah persatuan bangsa ataupun distorsi-distorsi yang digunakan orang-orang untuk merusak tatanan negara Indonesia dengan memecah belah persatuan," ujar Kresna dilansir dari Antara, Jumat (29/4/2022).
Kresna menambahkan, melalui literasi digital yang kuat, masyarakat akan semakin mengerti dan memahami cara-cara bijak dalam memanfaatkan perkembangan teknologi digital, seperti media sosial.
"Jadi, mereka tidak mudah menyebarkan berita hoaks, menerima berita yang belum terjamin kebenarannya, dan masyarakat pun akan semakin berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat di ruang digital," tambah Kresna.
Kresna pun mengingatkan, masyarakat untuk bijak dalam menggunakan media sosial. Salah satu caranya dengan tidak menyinggung perbedaan suku, agama, ras, dan antaragolongan (SARA) ketika menyampaikan pendapat di media sosial.
"Hal ini juga sesuai dengan pesan para pendiri bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan sampai kapan pun. Jadi, literasi digital sangat penting di era ini karena menjadi salah satu alat penting dalam memajukan masyarakat, sehingga mereka lebih mengerti cara bersikap bijak di dunia digital," tutur Kresna.
Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial. (Liputan6.com/Trieyasni)
Advertisement