Engineer yang Sebut AI Makhluk Hidup Kena Sanksi Google

Seorang engineer Google yang bekerja di divisi AI Responsible, Blake Lemoine, mengungkapkan kepada The Washington Post bahwa dia yakin salah satu proyek AI perusahaan bisa hidup.

oleh Iskandar diperbarui 14 Jun 2022, 06:46 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2022, 06:30 WIB
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Seorang engineer Google yang bekerja di divisi AI Responsible, Blake Lemoine, mengungkapkan kepada The Washington Post bahwa dia yakin salah satu proyek kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) perusahaan bisa hidup.

Setelah melakukan percakapannya dengan LaMDA (singkatan dari Model Bahasa untuk Aplikasi Dialog), sistem chatbot yang mengandalkan model bahasa Google dan triliunan kata dari internet, diklaim Lemoine memiliki kemampuan untuk memikirkan keberadaannya sendiri.

Usai mendiskusikan pekerjaannya dan aktivitas Google yang tidak etis seputar AI dengan perwakilan komite Kehakiman DPR, Lemoine kena sanksi cuti administratif berbayar karena dinilai melanggar perjanjian kerahasiaan perusahaan.

Mengutip laman Engadget, Selasa (14/6/2022), Google juga dengan tegas menyangkal argumen Lemoine.

"Tim kami, termasuk ahli etika dan teknologi, telah meninjau kekhawatiran Blake Lemoine sesuai Prinsip AI kami dan telah memberi tahu dia bahwa bukti tidak mendukung klaimnya," kata juru bicara Google Brian Gabriel kepada The Washington Post.

Google sekali lagi menegaskan bahwa tidak ada bukti bahwa LaMDA adalah makhluk hidup (banyak bukti yang menentangnya).

Meskipun meyakini bahwa LaMDA secara ajaib telah berubah menjadi makhluk hidup, sayangnya Blake Lemoine tidak memiliki banyak bukti untuk membenarkan pernyataan provokatifnya.

Memang, dia mengakui kepada The Washington Post bahwa klaimnya didasarkan pada pengalamannya sebagai pendeta dan bukan ilmuwan.

Pada akhirnya, jauh lebih masuk akal bahwa sistem yang memiliki akses ke begitu banyak informasi dapat dengan mudah merekonstruksi balasan yang terdengar seperti manusia tanpa mengetahui apa artinya, atau memikirkannya sendiri.

Dalam sebuah wawancara tahun 2019 dengan Big Think, Daniel Dennett, seorang filsuf yang telah mengeksplorasi pertanyaan seputar kesadaran dan pikiran manusia selama beberapa dekade, menjelaskan mengapa kita harus skeptis dalam menghubungkan kecerdasan dengan sistem kecerdasan buatan.

"Entitas [AI] ini bukannya merupakan pendeteksi pola yang sangat baik, analis statistik yang sangat baik, dan kita dapat menggunakan produk intelektual ini tanpa mengetahui bagaimana mereka dihasilkan, tetapi harus punya alasan bertanggung jawab yang baik untuk percaya bahwa mereka akan menghasilkan kebenaran paling banyak," papar Dennett.

"Tidak ada sistem komputer di dunia, tak peduli seberapa bagusnya mereka menjawab sebuah pertanyaan atau mengkategorikan gambar, yang bisa hidup hingga hari ini," tambahnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pendiri Google Kembangkan Kapal Udara Bertenaga Listrik, Buat Apa?

Pendiri Google Sergey Brin mengembangkan kapal udara untuk membantu menjangkau daerah bencana dan daerah terpencil.
Pendiri Google Sergey Brin mengembangkan kapal udara untuk membantu menjangkau daerah bencana dan daerah terpencil. (Foto: Gizchina). 

Salah satu pendiri Google, Sergey Brin ternyata punya proyek rahasia. Tidak tanggung-tanggung, proyek rahasianya adalah mengembangkan kapal udara.

Perusahaan risetnya, Lighter Than Air (LTA) tengah mempersiapkan peluncuran riset baru tahun ini. Kini, Sergey Brin mempekerjakan ratusan engineer kedirgantaraan di Silicon Valley dan sebuah lokasi di Akron, Ohio, AS, yang terkenal dengan kapal udara Goodyear-nya.

Brin dikabarkan berencana membangun kapal udara untuk misi kemanusiaan ke daerah terpencil atau daerah bencana.

Mengutip Gizchina, Senin (6/6/2022), LTA didirikan pada 2014. Selanjutnya, Sergey Brin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai eksekutif di Alphabet, perusahaan induk Google, pada 2019.

LTA bermarkas di Moffet Airport di San Francisco Bay Area. Lokasi ini adalah sebuah fasilitas yang dimiliki oleh NASA dan disewakan ke LTA. Lokasi kantor LTA jaraknya lumayan dekat dengan kantor Google.

LTA berupaya mengembangkan kembali kapal udara abad-21 dengan penerbangan nol-emisi. Kapal udara pertama milik perusahaan, Pathfinder 1 memiliki panjang 120 meter dijadwalkan untuk memulai uji terbang di Silicon Valley tahun ini.

Pada saat yang sama, LTA juga mengembangkan kapal udara yang lebih besar, Pathfinder 3 di Akron. Kapal udara ini memiliki panjang 185 meter dan ketika selesai akan mampu membawa 96 ton beban serta memiliki jangkauan hingga 16.000 kilometer.

Sekadar informasi, upaya perekrutan LTA di Akron selama beberapa bulan ke depan bisa melipatgandakan jumlah karyawan perusahaan menjadi lebih dari 400 orang, untuk proyek ini.

Laporan yang sama mengungkap, Pathfinder 1 akan tetap terbang dengan helium, karena helium tidak mudah terbakar ketimbang hidrogen. Sementara, kapal udara ini akan beroperasi dengan baterai listrik yang menghasilkan nol emisi.

Kapal Udara 5G Tiongkok

Google Tampik Akan Jadi Operator Telekomunikasi
Sergey Brin dalam kunjungannya kemarin menegaskan Google tetap fokus pada kerjasama dengan operator terkait pengadaan layanan selular

Sebelumnya pada 14 September 2021, Tiongkok berhasil menguji terbang kapal nirawak pertamanya. Kapal udara ini dinamai "5G Caiyun No 1" yang memiliki stasiun pangkalan 5G, kamera HD, dan sistem tenaga. Selain itu, ada pula kendaraan pendukung motor.

Pejabat setempat saat itu mengklaim, kapal udara ini bisa menyediakan internet berkecepatan tinggi, lebih dari 10Gbps dan sinyal multi standar seperti 2~5G melalui algoritma model cakupan komunikasi darurat yang dikembangkan sendiri, untuk menjangkau komunikasi daerah.

Kapal udara ini pun mampu memecahkan masalah seperti respons lambat, cakupan sempit, dan pengembalian data yang lambat.

Imigran Terkaya di AS

Terlepas dari kapal udara yang tengah digarapnya, pada 2017, Sergey Brin menjadi imigran terkaya di Amerika Serikat. Kekayaan itu tidak lain berasal dari Google. 

Berdasarkan peringkat The World's Billionaires Forbes pada 2017, Brin memiliki kekayaan bersih USD 39,8 miliar dan menduduki posisi ke-13 orang terkaya di dunia.

Jumlah kekayaannya terus mengalami peningkatan, yang jika merujuk pada real time net worth Forbes per Senin (1/5/2017), mencapai USD$ 42,8 miliar. Ia disebut sebagai imigran terkaya di Amerika Serikat (AS) saat ini.

Kesuksesan Brin didapat setelah perjalanan panjang hidupnya, dan Google memainkan peran penting di dalamnya. Ia meraup sukses setelah mendirikan Google di Negeri Paman Sam.

Kelahiran Moskow, Rusia

Perselingkuhan Bos jadi Biang Keladi Gagalnya Google Glass?
Menurut hasil penulusuran jurnalis New York Times Nick Bilton, Sergey Brin adalah orang yang bertanggung jawab atas gagalnya Glass.

Mengutip laporan dari sejumlah sumber, Selasa (2/5/2017), Brin lahir pada 21 Agustus 1973 di Moskow, Rusia. Keluarganya berimigrasi ke AS untuk melarikan diri dari penganiayaan Yahudi pada 1979. Sebagai seorang imigran, Brin dikenal berani menyuarakan pendapatnya.

Brin beberapa waktu lalu, ikut andil dalam demonstrasi kebijakan anti-imigran yang diterapkan oleh Trump. Dalam aksi protes bersama demonstran itu, ia menegaskan bahwa tindakannya merupakan urusan personal dan tidak berhubungan dengan Google atau Alphabet.

Brin meraih gelar sarjana di bidang matematika dan ilmu komputer dari University of Maryland. Setelah lulus, ia pindah ke Stanford University untuk meraih gelar Ph.D di bidang ilmu komputer. Brin bertemu dengan Page di sana, dan keduanya menciptakan sebuah mesin pencari yang mengurutkan laman website berdasarkan popularitas.

Keduanya memberi nama mesin pancari itu, Google, berdasarkan istilah matematika "googol". Sejak meluncur pada 1998, Google berhasil menjadi mesin pencari terpopuler di dunia.

Mendirikan Google

Sejarah Google dimulai pada Januari 1996 sebagai sebuah proyek penelitian Page dan Brin, ketika keduanya masih mahasiswa Ph.D di Stanford. Saat itu, mesin pencari konvensional memberi peringkat hasil berdasarkan jumlah istilah pencarian yang muncul di laman website.

Kemudian, Brin dan Page membuat teori tentang sebuah sistem yang lebih baik, yaitu menganalisis hubungan di antara website. Mereka menyebut teknologi baru itu, PageRank. Ini adalah sebuah algoritma yang digunakan Google Search untuk menentukan peringkat website di hasil mesin pencariannya.

Page dan Brin pada awalnya memberi nama mesin pencari baru mereka, "BackRub", karena sistemnya memeriksa backlink untuk memastikan pentingnya sebuah website. Akhirnya mereka mengubah namanya menjadi Google, yang berawal dari salah eja kata "googol", yaitu angka satu yang diikuti 100 nol.

Awalnya, Google beroperasi di bawah website Stanford University dengan domain google.stanford.edu dan z.stanford.edu. Nama domain untuk Google didaftarkan pada 15 September 1997 dan perusahaannya berdiri pada 4 September 1998.

Kantor pertama Google adalah sebuah garasi milik karyawan pertamanya, Susan Wojcicki, yang kini menjabat sebagai CEO YouTube. Wojcicki adalah sesama mahasiwa Ph.D di Stanford.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya