Liputan6.com, Jakarta - Teleskop James Webb menangkap gambar cincin debu berpola cantik di sekitar dua bintang yang dapat melacak perjalanan waktu, mirip dengan pola cincin di bagian dalam batang pohon.
Gambar tersebut, yang dirinci oleh Badan Antariksa Eropa dan Laboratorium Propulsi Jet (Jet Propulsion Laboratory/JPL) NASA, menunjukkan pola 17 cincin konsentris yang terdiri dari partikel debu mengelilingi dua bintang (dikenal sebagai Wolf-Rayet 140).
Baca Juga
Menurut JPL, bintang Wolf-Rayet dianggap langka (bintang langka) di galaksi kita, dan sejauh ini hanya 600 yang telah ditemukan. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Jumat (1310/2022).
Advertisement
Wolf-Rayet 140 juga satu-satunya sistem yang ditemukan memiliki pola cincin jenis ini, karena bentuk orbitnya yang aneh alias memanjang.
Cincin itu sebagian dari reaksi yang terjadi ketika kedua bintang saling berdekatan, setiap delapan tahun sekali, membentuk semacam 'sidik jari' di sekitar bintang.
“Setiap cincin tercipta ketika dua bintang saling berdekatan dan angin bintang (aliran gas yang mereka tiup ke luar angkasa) bertemu, mengompresi gas dan membentuk debu,” jelas Badan Antariksa Eropa.
“Orbit bintang menyatukan mereka setiap delapan tahun sekali, seperti lingkaran batang pohon, lingkaran debu menandai berlalunya waktu,” sambungnya.
Gambar yang ditangkap James Webb juga menunjukkan tingkat detail yang cukup dalam. Sebelum penangkapan ini, para ilmuwan yang menggunakan teleskop berbasis darat hanya bisa melihat dua cincin debu di sekitar Wolf-Rayet 140.
Teleskop James Webb Tangkap Penampakan Baru Planet Neptunus dan Cincinnya yang Bercahaya
Planet terjauh dari matahari dan satelit-satelitnya terungkap dalam detail yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pencitraan inframerah teleskop ruang angkasa James Webb.
Teleskop ruang angkasa James Webb telah mengalihkan pandangannya dari alam semesta yang dalam ke arah tata surya kita.
Teleskop ini telah menangkap gambar Neptunus yang bercahaya dan cahaya cincinnya yang halus dan berdebu secara detail. Penampilan yang belum pernah terlihat dalam beberapa dekade.
Terakhir kali para astronom memiliki pandangan yang jelas tentang planet terjauh dari matahari itu, ketika Voyager 2 milik NASA menjadi wahana antariksa pertama dan satu-satunya yang terbang melewati raksasa es itu hanya beberapa jam pada tahun 1989.
"Sekarang kemampuan pencitraan inframerah Webb yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memberikan pandangan sekilas baru ke atmosfer Neptunus," kata Mark McCaughrean seorang penasihat senior untuk sains dan eksplorasi di Badan Antariksa Eropa.
Mengutip dari laman The Guardian, Sabtu (24/9/2022), teleskop Webb "menghilangkan semua silau dan latar belakang" sehingga "kita dapat mulai mengupas komposisi atmosfer" planet ini, kata McCaughrean, yang telah bekerja pada proyek Webb selama lebih dari 20 tahun.
Neptunus tampak berwarna biru tua dalam gambar sebelumnya yang diambil oleh teleskop luar angkasa Hubble, karena adanya unsur metana di atmosfernya.
Advertisement
Awan di Permukaannya
Namun, panjang gelombang near-infrared yang ditangkap oleh pencitraan utama Webb, NIRCam, menunjukkan planet ini berwarna putih keabu-abuan, dengan awan es melesat di permukaannya.
"Cincin-cincin itu lebih reflektif dalam inframerah," kata McCaughrean, "jadi mereka jauh lebih mudah dilihat."
Gambar itu juga menunjukkan "kecerahan yang menarik" di dekat bagian atas Neptunus, kata NASA dalam sebuah pernyataan.
Karena planet ini miring jauh dari Bumi, ia membutuhkan 164 tahun untuk mengorbit matahari, jadi hingga sekarang pun para astronom belum bisa melihat kutub utaranya dengan baik.
Teleskop Webb juga melihat tujuh dari 14 Bulan Neptunus yang diketahui, ketika tampak di atas Neptunus dalam gambar yang diperbesar tampak seperti bintang runcing yang sangat terang. Tetapi sebenarnya Triton yang merupakan Bulan Neptunus yang aneh dan besar dihalangi dengan paku difraksi Webb yang terkenal.
Triton, Bulan Milik Neptunus
Triton, Bulan yang lebih besar dari planet kerdil Pluto, juga tampak lebih terang daripada Neptunus karena tertutup es.
Bulan memantulkan cahaya. Sementara itu, Neptunus "menyerap sebagian besar cahaya yang jatuh di atasnya", kata McCaughrean.
Karena Triton mengorbit dengan cara yang salah di sekitar Neptunus, Triton diyakini dulunya merupakan objek dari Sabuk Kuiper terdekat yang ditangkap di orbit planet ini. "Jadi, cukup keren untuk dikunjungi dan dilihat," kata McCaughrean.
Ketika para astronom menyapu alam semesta untuk mencari planet-planet lain seperti planet kita, mereka telah menemukan bahwa raksasa es seperti Neptunus dan Uranus adalah yang paling umum di Bima Sakti.
"Dengan dapat melihat planet-planet ini dengan sangat rinci, kita dapat mengunci pengamatan kita terhadap raksasa es lainnya," kata McCaughrean.
Advertisement