Liputan6.com, Jakarta - Gelaran ekshibisi teknologi terbesar di dunia, CES 2023, dilangsungkan mulai 5-8 Januari 2023 di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat.
Pada acara ini, perusahaan-perusahaan teknologi dari seluruh dunia unjuk gigi memamerkan produk-produk dan inovasi mereka, kecuali dari satu negara.
Baca Juga
Rupanya menurut informasi, perusahaan-perusahaan asal Rusia dilarang berpartisipasi di CES 2023. Larangan ini berlaku karena Rusia melakukan invasi ke Ukraina sejak Februari tahun lalu.
Advertisement
Mengutip Tech Times, Kamis (5/1/2022), informasi ini pertama kali dilaporkan oleh AP, di mana seorang perwakilan dari penyelenggara CES 2023, Consumer Technology Association (CTA), mengatakan larangan tersebut hanya berdampak pada satu ekshibitor.
Meski begitu, pihaknya tidak mengungkap berapa banyak perusahaan Rusia yang ikut serta dalam gelaran CES di tahun-tahun sebelumnya.
Perlu diketahui, Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. Hal ini pun memicu kemarahan dari berbagai negara di seluruh dunia. Bahkan, Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan negara-negara lain telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia sejak saat itu.
Presiden dan CEO CTA Gary Shapiro termasuk di antara mereka yang mengkritik invasi Rusia ke Ukraina. Ia bahkan menyebut aksi tersebut sebagai "serangan yang tragis dan ilegal."
Shapiro juga mengungkapkan, akan ada perusahaan Ukraina yang akan memamerkan teknologi mereka untuk ekshibisi tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan, Shapiro mengatakan, larangan Rusia berpartisipasi dalam CES 2023 tidak dipengaruhi oleh kebijakan hukum AS, melainkan kebijakan dari organisasi CTA.
Sejumlah Perusahaan Rusia Ingin Jadi Ekshibitor CES 2023
Ia menambahkan, sejumlah perusahaan Rusia juga meminta untuk berpartisipasi pada pameran teknologi terbesar ini. Namun, CTA menyebut, perusahaan-perusahaan Rusia itu perlu relokasi ke negara lain jika mereka ingin menjadi ekshibitor di CES 2023.
CES 2023 diperkirakan akan dihadiri oleh 10.000 peserta hingga hari terakhirnya, Minggu 8 Januari 2023. Acara ini telah mulai sejak Selasa malam, namun dibuka resmi pada Kamis, hari ini.
CES 2023 menampilkan berbagai startup dan sejumlah perusahaan teknologi besar yang memperkenalkan berbagai produk dan inovasi mereka.
Bicara mengenai perang Rusia, Amerika Serikat telah berada di garis depan dalam memberikan dukungan Ukraina melawan Rusia, sejak Februari tahun lalu. AS juga memberikan berbagai bantuan seperti drone hingga peluru artileri bagi militer Ukraina.
Advertisement
Industri Teknologi Pasca Perang Rusia dan Ukraina
Perang yang masih terjadi antara kedua negara Eropa tersebut berdampak besar pada industri teknologi dan ekonomi global. Pasalnya, perang ini secara umum turut meningkatkan tekanan inflasi, menurunkan kepercayaan dan daya beli konsumen, memicu kenaikan harga energi, dan banyak dampak lainnya.
Apalagi, Rusia merupakan pemasok gas terbesar di dunia juga turut memicu krisis energi di seluruh Eropa dan memengaruhi industri semikonduktor yang bergantung pada gas tersebut.
Rusia Batasi Ekspor Gas Neon
Sejak perang, Rusia membatasi ekspor gas-gas tersebut. Pembatasan ekspor itu jadi tanggapan nyata terhadap sanksi yang mereka terima dari beberapa negara.
Moskow --sebutan untuk pemerintah Rusia-- melarang ekspor gas 'mulia' seperti neon, argon, dan helium ke negara-negara yang tidak dianggap bersahabat dengan mereka.
Gas-gas di atas dianggap penting dalam memproduksi chip elektronik yang disematkan di berbagai perangkat. Bahkan, perusahaan konsultan Bain & Company mencatat, Rusia dan Ukraina memasok setidaknya 30 persen gas neon ke industri semikonduktor sebelum perang terjadi.
(Tin/Ysl)
Advertisement