Liputan6.com, Jakarta - Keamanan data pengguna menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh banyak perusahaan dan layanan digital saat ini. Pasalnya, sepanjang 2022, sejumlah media ramai dengan pemberitaan tentang pencurian data berbagai perusahaan, mulai dari Twitter, WhatsApp, Facebook, dan lain-lainnya.
Laporan terakhir dari Identity Theft Resource Center (ITRC) tidak hanya menunjukkan kondisi keamanan data yang memprihatikan, tetapi juga harapan dibanding tahun lalu. Pasalnya, jumlah keseluruhan pelanggaran data yang terjadi sepanjang 2022 mengalami penurunan, tetapi jumlah itu masih sangat besar.
Baca Juga
Dari semua pelanggaran data, sebagaimana dikutip dari Gizchina, Jumat (27/1/2023), pencurian data pengguna Twitter terhitung separuh dari semua kasus yang dicatat.
Advertisement
Sebagai informasi, pelanggaran data pengguna meningkat sepanjang 6 tahun terakhir dan rantai tersebut terputus di tahun 2022. Tahun lalu, jumlah laporan data yang dilanggar turun 42 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Meski begitu, total ada lebih dari 422 juta pengguna yang menjadi korban pelanggaran dan peretasan data.
Sebenarnya angka tersebut mungkin jauh lebih besar mengingat kemungkinan banyak perusahaan teknologi tidak mengungkapkan banyak detail terkait keamanan data pengguna.
Sejauh ini menurut Gizchina, hanya 34 persen dari perusahaan teknologi yang melaporkan serangan siber secara detail. Dampaknya, karena banyak perusahaan tidak memberi rincian, orang pun tidak bisa mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.
Akibatnya peretas punya lebih banyak peluang untuk mengakses data pengguna. Lagi-lagi, penggunalah yang menjadi korban.
Perusahaan Apa Saja?
Menurut data ITRC, ada 10 perusahaan yang datanya paling banyak dilanggar pada 2022.
10 perusahaan yang datanya paling banyak dilanggar:
- Twitter, jumlah korban 221.524.284 korban
- Neopets, jumlah korban 69.000.000 korban
- AT&T, jumlah korban 22.786.997 korban
- Cash App Investing, LLC, jumlah korban 8,2 juta korban
- Beetle Eye, jumlah korban 7 juta korban
- Twitter, jumlah korban 5,8 juta korban
- Receiveables Performances Management, LLC jumlah korban 3,7 juta korban
- Flexbooker, jumlah korban 3,7 juta korban
- Eye Care Leaders, jumlah korban 3,3 juta korban
- Advocate Aurora Health, jumlah korban 3 juta korban.
Data tersebut dirangkum dari total jumlah pelanggaran data sebanyak 1.802 pelanggaran. Jika dirinci, 1.774 pelanggaran data dengan total 392,1 juta korban.
Lalu 18 ada pengungkapan data dengan total 7,1 juta korban dan 10 pelanggaran data lain dengan jumlah korban 22,8 juta.
Sayangnya, perusahaan atau instusi yang dilanggar datanya 66 persen tidak memberikan informasi ke pengguna. Padahal, ada banyak data yang dicuri yang bisa mengidentifikasi informasi pribadi pengguna.
Advertisement
Tips Jaga Keamanan Data
Meski sudah berganti tahun 2023, ancaman penjahat siber terhadap keamanan siber akan terus ada bahkan mungkin terus berkembang dan semakin berbahaya. Apalagi dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital di masyarakat.
Kata sandi atau password, bisa menjadi jalan pintas ke kehidupan seseorang. Ini adalah alat kerja yang sangat penting, serta bisa menjadi barang dagangan yang dapat dijual.
Menurut perusahaan keamanan siber Kaspersky, dengan mengetahui kata sandi, penjahat siber tidak hanya dapat memperoleh akun, data, uang, dan identitas pribadi. Mereka juga bisa memanfaatkan korban sebagai rantai lemah untuk menyerang teman online, kerabat, atau bahkan perusahaan tempat korban bekerja atau yang ia miliki.
Mengutip keterangan tertulisnya, Rabu (4/1/2023), Kaspersky pun memberikan beberapa tips untuk melindungi akun online dari akses yang tidak diinginkan.
Tips Jaga Kebersihan Kata Sandi:
- Jangan menggunakan kembali kata sandi yang sama untuk beberapa akun;
- Buat kata sandi Anda panjang dan kuat dan simpan dengan aman;
- Mengubahnya segera setelah mendengar berita pertama tentang pelanggaran data di layanan atau situs web yang Anda gunakan.Gunakan perangkat lunak pengelola kata sandi untuk membantu semua tugas tersebut;
- Kaspersky juga menyarankan menggunakan aplikasi untuk memonitor keamanan semua password secara real-time. Bahkan, terdapat juga layanan untuk mengecek apakah benar terjadi kebocoran atau tidak.
Tips Hindari Akun Diambilalih
Selain itu, ada beberapa saran tambahan dari Kaspersky yang bisa dilakukan oleh pengguna layanan daring, untuk mencegah terjadinya pengambil alihan akun online:
- Aktifkan autentikasi dua faktor jika memungkinkan. Ini memberikan lapisan keamanan tambahan dan akan mencegah peretas mengakses akun, bahkan jika seseorang berhasil mendapatkan login dan kata sandi Anda.
- Siapkan jejaring sosial untuk privasi yang lebih baik. Ini akan membuat lebih sulit untuk menemukan informasi tentang Anda, dan karenanya mempersulit penggunaan kamus brute force untuk menyerang akun Anda.
- Berhenti membagikan informasi pribadi secara berlebihan, meskipun hanya dapat dilihat oleh teman. Teman hari ini dapat menjadi musuh esok harinya.
(Tin/Isk)
Advertisement