Data Center Microsoft Beralih Gunakan Sumber Energi Terbarukan, Sikapi Perubahan Iklim

Melalui perjanjian jual beli tenaga listrik (PPA), Microsoft berniat gunakan 100 persen energi terbarukan pada perusahaannya.

oleh M. Labib Fairuz Ibad diperbarui 11 Okt 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2023, 20:00 WIB
Kantor Microsoft
Kantor Microsoft. (Unsplash/Turag Photography)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi dunia kini terpusat pada dua hal, digitalisasi melalui revolusi industri 4.0, dan gerakan penggunaan energi terbarukan untuk menghadapi perubahan iklim.

Di tengah-tengah pergerakan ini, terdapat ribuan data center yang beroperasi sepanjang waktu untuk mendukung proses digitalisasi di hampir semua sektor kehidupan.  

Jika orang berbicara tentang cloud, ini akan merujuk ke gedung-gedung data center yang berisikan banyak komputer dan menyimpan pekerjaan, penelitian, permainan, hingga kisah-kisah kehidupan kita.

Mengutip dari laman resmi Microsoft, Selasa (10/10/2023), meskipun energi yang digunakan data center hanya sekitar 1 persen dari seluruh listrik yang dikonsumsi secara global, tapi pengaruhnya terhadap penggunaan sumber energi terbarukan dan berkelanjutan sangatlah besar. 

Menurut analisis Badan Energi Internasional yang dilakukan oleh George Kamiya dan Laszlo Varro, penggunaan energi oleh perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka relatif kecil dibandingkan dengan jejak ekonomi, keuangan, dan bahkan jejak sosial mereka. 

"Namun, justru karena jejak keuangan yang besar, dikombinasikan dengan pengaruh budaya dan ilmiah mereka yang sangat besar, perusahaan-perusahaan ini memiliki peran yang sangat besar dalam mengatasi tantangan iklim," tulisnya.

Adapun salah satu cara perusahaan tersebut terlibat di pasar energi terbarukan adalah melalui perjanjian jual beli tenaga listrik atau PPA (Power Purchase Agreement). Dengan PPA, sebuah perusahaan setuju untuk membeli energi terbarukan dalam jangka waktu tertentu. 

Kepala Penelitian Keberlanjutan di BloombergNEF Kyle Harrison menuturkan, jaminan pendapatan tetap untuk proyek baru ini telah menjadi kekuatan dalam memperluas pasar energi terbarukan.

"Permintaan perusahaan secara khusus telah menjadi penyebab yang besar bagi pembangunan energi bersih di seluruh dunia," katanya. 

Perusahaan besar seperti Microsoft yang telah menggunakan energi terbarukan harus menandatangani lebih banyak kesepakatan untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini disebabkan permintaan yang tumbuh begitu cepat.

Target 100 Persen Energi Terbarukan

Turbin Angin Baru di Prancis
Turbin angin terapung pertama "floatgen" di La Turballe, pantai barat Prancis, Jumat (28/9). Floatgen menjadi pembangkit listrik tenaga angin pertama di dunia yang menggunakan pondasi dari beton seberat 6.500 ton. (AFP/SEBASTIEN SALOM GOMIS)

Microsoft merupakan pembeli energi terbarukan terbesar kedua melalui PJBL pada 2021, yang merupakan komitmen membantu meningkatkan pembiayaan untuk mengoperasikan pembangkit listrik baru.

Secara keseluruhan, Microsoft telah menandatangani PPA yang akan berkontribusi dalam menghadirkan lebih dari 10 gigawatt kapasitas energi terbarukan baru secara online.

Microsoft juga memperkirakan, pusat datanya di Irlandia akan menggunakan 100 persen energi terbarukan hasil projek PPA pada 2025.

Sementara Manajer Umum Energi Microsoft Brian Janous menyatakan, seiring dengan perluasan pusat data untuk memenuhi permintaan pelanggan, Microsoft turut menunjukkan komitmennya mengurangi konsumsi karbon dan membantu menyelesaikan masalah perubahan iklim. 

Komitmen tersebut ditunjukkan melalui pembelian energi terbarukan hingga inovasi dan kolaborasi, serta mengadvokasi kebijakan yang menciptakan keberkelanjutan.

"Penting bagi kami untuk menyuarakan pendapat kami untuk membantu memengaruhi perkembangan kebijakan yang mendukung dekarbonisasi yang cepat," ujarnya.

Harrison dari BloombergNEF juga mengatakan, penting bagi perusahaan seperti Microsoft untuk aktif dalam mencari kebijakan yang mendukung energi bersih.

Seperti yang sudah dijelaskan, Microsoft akan menggunakan 100 persen energi terbarukan pada 2025. Artinya, perusahaan memiliki PPA untuk pasokan energi hijau ke semua pusat data, gedung, dan kampusnya.

Sementara Pada 2050, Microsoft telah berkomitmen untuk menghilangkan semua karbon yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, baik secara langsung maupun melalui konsumsi listrik.

Data Center Bukan Hanya Konsumen Energi

Ilustrasi data center. Dok: datacenternews.asia
Ilustrasi data center. Dok: datacenternews.asia

Kemudian, dengan menggunakan pendekatan inovatif, Microsoft telah mencontohkan bagaimana data center dapat menghemat daya, mengurangi emisi, dan bahkan menyumbangkan energi kembali ke jaringan listrik.

Di Finlandia, limbah panas dari dua data center baru akan berkontribusi pada sistem pemanas distrik yang digunakan lebih dari 250.000 orang di musim dingin. 

Sementara di Swedia, data center Microsoft menggunakan air hujan dan udara luar untuk mendinginkan server, sambil menggunakan panas yang dihasilkan untuk menjaga area kerja tetap hangat bagi para karyawan.

Beralih ke Irlandia, data center Microsoft menggunakan baterai untuk menjaga pasokan listrik yang tidak pernah terputus. 

Melalui kolaborasi Microsoft dan Enel X, baterai-baterai tersebut dapat menyediakan listrik melalui interaksi instan dengan jaringan listrik. Baterai cadangan tersebut dapat digunakan untuk membantu menjaga aliran energi yang stabil untuk memberi daya kepada pelanggan.

Hal ini berarti pembangkit listrik berbahan bakar fosil akan lebih jarang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan daya, sehingga bisa mengurangi emisi dan biaya bahan bakar.

"Hal yang hebat dari proyek di Irlandia adalah bahwa baterai-baterai tersebut sudah ada di sana," kata Janous. Pihaknya hanya perlu menambahkan kecerdasan digital untuk menyeimbangkan frekuensi pada sistem.

“Dan hal ini menciptakan peluang besar untuk melihat data center sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar konsumen energi, tapi juga sebagai produsen dan mitra bagi operator jaringan untuk meningkatkan keandalan dan pada akhirnya transisi energi yang telah kita bicarakan,” ujarnya.

AI dapat Membantu Transformasi Energi

Robot AI.
Ilustrasi Robot AI. (Foto: Freepik)

Kamiya dan Varro dalam analisis IEA juga menambahkan, perusahaan-perusahaan teknologi saat ini sedang bekerja dalam digitalisasi, kecerdasan buatan, dan sistem informasi yang bisa menciptakan sistem energi lebih cerdas. 

Harrison dari BloombergNEF juga mengutip potensi pengembangan alat digital untuk membantu operator jaringan listrik mengalihkan beban selama periode permintaan yang tinggi. 

Ia mengatakan bahwa internet of things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) dapat membantu menciptakan efisiensi energi dalam berbagai cara.  

AI bisa dimanfaatkan untuk banyak hal, mulai dari memperlancar masalah rantai pasokan hingga menciptakan prakiraan cuaca lokal yang lebih akurat.

Meskipun AI akan menambah kinerja komputasi cloud, Janous mencatat, alat canggih tersebut juga penting dalam memecahkan beberapa masalah terbesar yang sedang kita hadapi.

"Kami membutuhkan kemitraan yang erat dengan operator jaringan listrik dan perusahaan energi di Eropa, untuk membantu mereka mencari cara yang paling efisien dan tercepat dalam melakukan transisi ini" ke sumber energi terbarukan.

Peralatan digital dinilai mampu mempercepat proses transisi tersebut melalui komputasi. Alasannya, selama ini transisi berjalan lambat karena banyaknya sumber daya yang diperlukan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya