Video Lawas Tipu-Tipu Pohon Rindang di Sepanjang Jalan Kalimantan Viral Lagi

Tahun lalu, laju deforestasi di Indonesia dilaporkan jadi salah satu yang kritis di dunia.

oleh Asnida Riani Diperbarui 12 Mar 2025, 20:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 20:00 WIB
Penggundulan Lahan
Video lawas tipu-tipu pohon rindang di sepanjang jalan Kalimantan viral lagi. (dok. TikTok @cundangin/https://www.tiktok.com/@cundangin/video/7290443193198464262)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Video tipu-tipu pohon rindang di sepanjang jalan Kalimantan, yang sebenarnya direkam pada 2023, kembali jadi sorotan. Ini terjadi setelah klip tersebut dibagikan kembali akun Instagram @unexplnd, Senin, 10 Maret 2025.

Rekaman memperlihatkan penggundulan lahan itu disebut berasal dari akun TikTok @cundangin yang dibagikan pada 16 Oktober 2023, dengan keterangan, "Nda kaget sudah aku .. namanya juga kalimantan." Video berdurasi 55 detik itu tampak direkam dari atas, sehingga jarak panjangnya cukup luas.

Di klip, seorang pria terdengar berkata, "Kalimantan nih, bos. Pinggir jalan itu hutan semua (pepohonan rindang), (tapi) pinggir jalan, ya kan? Lima meter ke belakang, tebuka sudah lahannya ... botak sudah lahannya. Nanti ini nggak tahu mau dijadikan apa, mau ditanami sawit kah?"

"Atau mau ditambang nanti kayak yang di sana ya kan?" sebutnya seraya mengarahkan kamera ke diduga area tambang. "Yang penting itu kalau orang lewat, kelihatannya hutan kiri kanan, jangan sampai kelihatan kebotakannya." Video ini mengundang komentar warganet yang kebanyakan menyayangkan pembukaan lahan tersebut. 

"Dikit-dikit nyalain bencana alam padahal bencana alamnya dibuat sendiri. Kasian tuh warga yang terdampak 😢😢😢," sebut salah satunya, sementara yang lain menulis, "Lihat dari pesawat lebih parah ASLII🔥🔥😢." Lifestyle Liputan6.com sudah menghubungi akun TikTok tersebut untuk berkomentar lebih jauh.

Pada 2023, saat video tersebut diduga direkam, deforestasi dilaporkan terus melaju dari angka yang jauh melampaui janji untuk mengakhiri praktik tersebut pada 2030, menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Selasa, 8 Oktober 2024. Secara khusus, penebangan hutan di Indonesia dan Bolivia disorot dalam penelitian tersebut.

Promosi 1

Tenggat Waktu Mengakhiri Deforestasi

Deforestasi Hutan Primer Indonesia Meningkat 27% pada Tahun 2023
Sementara, hasil analisis Auriga Nusantara menunjukkan deforestasi Indonesia tahun 2023 mencapai 257.384 hektar. (AP Photo/Yusuf Wahil)... Selengkapnya

Melansir CNA, Jumat, 18 Oktober 2024, hutan seluas hampir wilayah Irlandia hilang sepanjang 2023, menurut dua lusin organisasi penelitian, LSM, dan kelompok advokasi. Tercatat bahwa 6,37 juta hektare pohon ditebang dan dibakar.

Tingkat ini "jauh melampaui" yang seharusnya demi menjaga dunia tetap pada jalur untuk menghilangkan deforestasi pada akhir dekade ini, sebuah komitmen yang dibuat pada 2021 oleh lebih dari 140 pemimpin negara. Hutan merupakan rumah bagi 80 persen spesies tumbuhan dan hewan darat di dunia.

Wilayah ini sangat penting untuk mengatur siklus air dan menyerap karbon dioksida, gas rumah kaca utama yang bertanggung jawab atas pemanasan global. "Secara global, deforestasi justru semakin memburuk, bukan membaik, sejak awal dekade ini," kata Ivan Palmegiani, konsultan keanekaragaman hayati dan penggunaan lahan di Climate Focus dan penulis utama laporan "Forest Declaration Assessment."

"Kita hanya tinggal enam tahun lagi dari tenggat waktu global yang kritis untuk mengakhiri deforestasi, dan hutan terus ditebang, dirusak, dan dibakar pada tingkat yang mengkhawatirkan," ia menyambung.

Hutan Primer Tropis Hilang

Tambang nikel
Tambang nikel di sejumlah wilayah di Pulau Sulawesi berdampak pada deforestasi dan terampasnya ruang hidup petani, nelayan dan masyarakat adat. Foto: WALHI... Selengkapnya

Pada 2023, 3,7 juta hektare hutan primer tropis, khususnya lingkungan yang kaya karbon dan memiliki keanekaragaman hayati secara ekologis, hilang. Angka itu seharusnya turun secara signifikan untuk memenuhi tujuan tahun 2030.

Di wilayah berisiko tinggi, para peneliti menunjuk kemunduran pencegahan deforestasi di Bolivia dan Indonesia. Laporan tersebut mengatakan, ada "peningkatan yang mengkhawatirkan" dalam penggundulan hutan di Bolivia, yang melonjak 351 persen antara tahun 2015 dan 2023.

"Tren tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda," tambahnya, dengan hutan yang sebagian besar ditebang untuk pertanian, terutama demi kedelai, daging sapi, dan gula.

Di Indonesia, deforestasi menurun antara tahun 2020 sampai 2022, tapi mulai meningkat tajam pada 2023. Ironinya, hal itu sebagian disebabkan permintaan bahan yang sering dianggap ramah lingkungan, seperti viscose untuk pakaian, serta lonjakan penambangan nikel untuk baterai kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan.

Beruntung, ada berita lebih baik dari Brasil. Meski masih jadi negara dengan tingkat penggundulan hutan tertinggi di dunia, Brasil telah membuat kemajuan penting.

Alasan Degradasi Hutan

Deforestasi Hutan Jambi
Kondisi deforasti hutan di Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi yang akan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)... Selengkapnya

Situasi telah membaik secara signifikan di Amazon, yang telah diuntungkan oleh langkah-langkah perlindungan yang ditetapkan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva. Namun di Cerrado, sabana tropis utama di bawah Amazon, penggundulan hutan telah meningkat.

Laporan tersebut juga menyoroti peran penebangan, pembangunan jalan, dan kebakaran dalam degradasi hutan, ketika lahan rusak, tapi tidak sepenuhnya hancur. Pada 2022, tahun terakhir data tersedia, kawasan hutan seluas dua kali Jerman mengalami degradasi.

Erin Matson, konsultan senior di Climate Focus, dan salah satu penulis laporan tersebut, mengatakan, "Kebijakan yang kuat dan penegakan hukum yang kuat diperlukan." "Demi memenuhi target perlindungan hutan global, kita harus membuat perlindungan hutan kebal terhadap keinginan politik dan ekonomi," katanya.

Laporan tersebut muncul setelah Komisi Eropa mengusulkan pada Oktober 2024 untuk menunda satu tahun, hingga akhir tahun 2025, berlakunya undang-undang antideforestasi, meski ada protes dari LSM. "Kita harus secara mendasar memikirkan kembali hubungan kita dengan konsumsi dan model produksi kita untuk beralih dari ketergantungan pada eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan," kata Matson.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim
Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya