Tesla Recall Lebih dari 125.000 Mobil Listrik untuk Perbaiki Masalah Sabuk Pengaman

Tesla melakukan recall 125.227 mobil listrik karena masalah pada sistem peringatan sabuk pengaman. Tipe apa saja yang terdampak?

oleh Iskandar diperbarui 03 Jun 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2024, 08:30 WIB
Tesla Model 3 Performance
Tesla Model 3 Performance memberikan peningkatan performa tajam dan beberapa detail penyesuaian. (Tesla)

Liputan6.com, Jakarta - Tesla kembali tersangkut isu masalah keselamatan. Perusahaan melakukan recall 125.227 mobil listrik karena masalah pada sistem peringatan sabuk pengaman.

Menurut Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (National Highway Traffic Safety Administration/NHTSA), sabuk pengaman pengemudi bisa saja dilepas, dan lampu peringatan serta bel mungkin masih tidak aktif.

Mengutip Reuters, Senin (3/6/2024), kerusakan ini melanggar persyaratan keselamatan federal dan dapat meningkatkan risiko cedera seseorang.

Model Tesla yang terkena dampak terjadi dalam satu dekade terakhir terdiri dari beberapa model Model S 2012-2024, Model X 2015-2024, Model 3 2017-2023, dan Model Y 2020-2023.

Untuk mengatasi masalah ini, Tesla akan mengubah sensor dari bergantung pada berat kursi menjadi apakah gesper terpasang dan mobil dihidupkan. Pembaruan melalui sistem over-the-air akan dimulai pada Juni 2024.

Tesla menarik kembali lebih dari dua juta kendaraan pada Desember 2023, setelah masalah keselamatan Autopilot dan penyelidikan NHTSA selama dua tahun.

Penarikan lebih lanjut terjadi awal tahun ini. Pada Januari, Tesla menarik kembali 200.000 kendaraan Model S, X dan Y mulai tahun 2023 karena masalah perangkat lunak yang mencegah kamera cadangan berfungsi saat mobil dalam keadaan mundur.

Mobil listrik yang disertakan mencakup lebih dari 10 persen produksi perusahaan pada tahun 2023. Tesla juga menarik kembali 3.878 Cybertrucks pada April setelah menemukan bahwa bantalan akselerator bisa lepas.

 

Tesla Turunkan Target Produksi 20 Juta Unit Kendaraan per Tahun

FOTO: Melihat Gigafactory Tesla di Shanghai
Para karyawan bekerja di Gigafactory Tesla, Shanghai, China, 20 November 2020. Perusahaan mobil listrik Amerika Serikat (AS), Tesla, pada 2019 lalu membangun Gigafactory pertamanya di luar AS di kawasan baru Lingang. (Xinhua/Ding Ting)

Sebelumnya, Tesla mengumumkan akan menurunkan target untuk bisa produksi 20 juta unit kendaraan per tahun pada 2030. Dalam laporan terbarunya, hal ini menunjukan bahwa perusahaan telah beralih dari mobil listrik, dan lebih fokus ke rotaxis.

Disitat dari Reuters, perusahaan asal Amerika Serikat ini juga membatalkan rencana untuk produksi model baru yang diperkirakan menelan biaya US$ 25 ribu, dan menggembor-gemborkan teknologi penggerak otonom sebagai sumber utama pertumbuhannya.

Selain itu, Tesla sendiri berencana untuk mengadakan acara peluncuran robotaxi-nya pada 8 Agustus mendatang.

"Robotaxis dan robot humanoid perusahaan Optimus akan "sangat berarti" bagi Tesla," ujar Elon Musk, melalui tayangan video di acara konferensi tahunan Viva Technology di Paris.

Tapi, Elon Musk sendiri menolak menjawab pertanyaan mengenai timeline mobil murah Tesla, dalam acara konferensi tahunan tersebut.

Sementara itu, Musk mengatakan pada April bahwa Tesla berencana untuk memajukan peluncuran model-model baru, termasuk mobil terjangkau, paling cepat akhir tahun ini.

Namun, Tesla mengatakan pihaknya berencana untuk menggunakan lini produk yang ada saat ini untuk kendaraan baru yang terjangkau dibandingkan fasilitas baru, sehingga membuat perubahan strategis yang akan menghasilkan pengurangan biaya lebih kecil dari perkiraan dan pertumbuhan volume yang tidak terlalu besar.

Tesla Paling Inovatif

Showroom Tesla di New York, Amerika Serikat. Liputan6.com/Iskandar
Showroom Tesla di New York, Amerika Serikat. Liputan6.com/Iskandar

Tesla, sebagai salah satu produsen mobil listrik terkemuka di dunia, masih memegang gelar sebagai perusahaan otomotif paling inovatif.

Hal tersebut, berdasarkan survei dari Readiness Indicator (FRI/ Indikator Kesiapan Masa Depan) 2024 yang dirilis oleh The International Institute of Management and Development (IMD).

Posisi Tesla ini, diikuti oleh pabrikan Cina, seperti BYD di posisi kedua, dan Volkswagen AG dari Jerman di tempat ketiga, serta Stellantis NV asal Belanda di urutan keempat, dan Hyundai Motor Co. Ltd asal Korea Selatan di peringkat lima.

Indikator tahunan FRI 2024 mengukur ketahanan masa depan dari 24 perusahaan otomotif dunia. Indikator ini mengurutkan peringkat berdasarkan tingkat inovasi yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

"Indikator Kesiapan Masa Depan selalu bergerak dinamis. Menurunnya peringkat perusahaan dalam daftar bukan berarti perusahaan itu tidak inovatif. Inovasi mereka tidak cukup pesat, sehingga diambil alih oleh para pesaing," jelas Howard Yu, Direktur IMD Center for Future Readiness, dalam keterangan resmi, Rabu (22/5/2024).

Infografis Mobil Kepresidenan di Indonesia

infografis Mobil Kepresidenan
Mobil Kepresidenan di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya