Berkat Lumia, Nokia Berhasil Depak BlackBerry

Penjualan handset Nokia Lumia dalam tiga bulan terakhir cukup mengejutkan. Nokia akhirnya mampu menggeser posisi BlackBerry dalam penjualan.

oleh Adhi Maulana diperbarui 19 Jul 2013, 12:50 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2013, 12:50 WIB
penjualan-nokia-lumia-130719b.jpg
Nokia baru saja mengumumkan laporan keuangan mereka untuk rentang waktu triwulan kedua tahun 2013 (April – Juni). Meski masih merugi, namun perusahaan asal Finlandia itu mencatatkan rekor baru penjualan smartphone varian Lumia yang mencapai 7,4 juta unit.

Penjualan handset Nokia Lumia dalam tiga bulan terakhir ini memang cukup mengejutkan. Pasalnya, selama ini rekor terbaik angka penjualan seri Nokia Lumia hanya mencapai 5,6 juta unit. Atau dengan kata lain, pertumbuhan penjualan seri Lumia di kuartal kedua tahun ini mencapai angka 32 persen dibandingkan rekor terbaik sebelumnya.

Dilansir laman The Verge, Jumat (19/7/2013), pencapaian Nokia ini praktis mengubah peta persaingan di pasar perangkat pintar global. Nokia akhirnya secara resmi mampu menggeser posisi BlackBerry dalam hal jumlah penjualan. Target mereka untuk menempati posisi ketiga produsen smartphone terbesar setelah Samsung dan Apple pun akhirnya tercapai di kuartal kedua 2013 ini.

Jelas ini merupakan sebuah prestasi yang membanggakan baik bagi Nokia maupun Microsoft selaku pembesut sistem operasi Windows Phone. Sebab, perjuangan Nokia untuk 'mendepak' BlackBerry dari posisi tiga besar produsen perangkat pintar dunia sudah dimulai sejak tahun 2011 lalu. Pada saat itu Nokia sangat kesulitan mengejar angka penjualan handset BlackBerry.

Namun, seiring berjalannya waktu Nokia, dengan seri Lumia khususnya secara bertahap mampu memangkas jarak dengan perusahaan asal Kanada tersebut. Terlebih, kini Nokia pun mulai merambah segmen entry-level dengan merilis sejumlah seri Lumia berharga terjangkau.

Akan tetapi prestasi ini ternyata masih belum bisa menyelamatkan Nokia dari kerugian finansial secara keseluruhan. Nokia masih mencatatkan kerugian sebesar USD 151 juta. (dhi/dew)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya