Gita Wirjawan Dukung Hacker Indonesia, Asal...

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mendukung segala tindakan yang membela harkat dan martabat negara melalui dunia cyber.

oleh Denny Mahardy diperbarui 13 Nov 2013, 12:25 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2013, 12:25 WIB
gita-wirjawan-131113b.jpg

Serangan cyber yang dilancarkan hacktivist Indonesia kepada situs-situs Australia masih belum berakhir. Bombardir dari hacker yang tergabung dalam kelompok hacker Anonymous Indonesia itu diklaim untuk membela Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku cukup mengapresiasi kemampuan masyarakat Indonesia yang sudah bisa melakukan hacking. Ia juga mendukung segala tindakan yang membela harkat dan martabat negara melalui dunia cyber selama masih di sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Saya mendukung semua tindakan pembelaan negara, tapi harus sesuai dengan aturan. Tapi kalau melanggar aturan saya tidak setuju apapun alasannya," ungkap Gita kepada tim Tekno Liputan6.com sewaktu berkunjung ke kantor redaksi Liputan6.com.

Menurut Gita, para hacker sebaiknya menggunakan kemampuannya untuk melindungi semua aset negara dan tindakan positif lainnya. "Akan lebih baik jika kemampuan mereka digunakan untuk melindungi negara dan aset yang kita miliki," tambah Gita.

Anonymous Indonesia sendiri tak bisa dianggap remeh. Kelompok hacker itu telah berhasil melumpuhkan lebih dari 170 situs asal Australia dalam waktu singkat. Situs resmi milik lembaga intelijen Australia dengan alamat asis.gov.au bahkan hingga kini masih belum pulih akibat bombardir dari Anonymous Indonesia sejak beberapa hari lalu.

Meskipun begitu, Gita mengaku sangat menyesalkan tindakan penyadapan ilegal yang dilakukan kepada Indonesia oleh lembaga intelijen Australia. Hal itu dinilai pria yang suka bermain piano itu sebagai perlakuan abai pada Indonesia sebagai negara berdaulat.

Ia meminta tindakan hacking terhadap Indonesia bisa ditindak tegas dan diproses melalui segala aturan dan sistem yang ada. Indonesia bukan satu-satunya negara yang menjadi sasaran pengintaian ilegal Australia, beberapa negara di Asia Tenggara disebutkan juga ikut menjadi korban tindakan tersebut. (den/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya