Liputan6.com, Purwakarta - Suparman dan istrinya, Siti Fatimah, bersama 10 anaknya tinggal di rumah kontrakan kecil berukuran 30x6 meter persegi di area pemakaman umum di Kampung Malang Nengah Wetan, Nagri, Purwakarta, Jawa Barat. Di rumah yang jauh dari kata layak itu mereka menjalani hidup.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (6/5/2017), anggota keluarga Suparman sebentar lagi akan bertambah. Sang istri yang tengah hamil delapan bulan sedang menunggu waktu kelahiran anak ke-13.
Baca Juga
Sementara, kemiskinan yang menghimpit membuat Suparman rela menyerahkan dua anaknya kepada orang lain. Tentu pilihan yang berat. Namun, hanya itu pilihannya agar dapat meringankan beban keluarga.
Advertisement
Suparman yang tak memiliki pekerjaan tetap bukannya tidak berusaha untuk membatasi kelahiran anak-anaknya. Sang istri juga pernah mencoba memasang kontrasepsi dan ikut program Keluarga Berencana (KB).
Namun, program tersebut dianggap tidak cocok. Sebab setiap usai memasang alat kontrasepsi badan Siti Fatimah terasa sakit.
"Jumlah anak 13, yang masih dikandung satu, yang di luar udah 12. Enggak pernah KB karena enggak cocok," kata Siti Fatimah.
Meski hidup dalam kemiskinan, Suparman tetap harus menghidupi keluarganya. Sesekali Suparman juga memanfaatkan keahliannya sebagai tukang servis elektronik untuk mendapatkan uang tambahan.
Saksikan kisah keluarga miskin di Purwakarta yang harus tinggal di areal makam berikut ini.