Jakarta - Kejutan muncul di mana dan kapan saja. Satu di antara pada perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Publik terus disuguhi rentetan momen mengejutkan, melecut rasa kebanggaan, hingga mengaduk-aduk emosi.
Tuan rumah Indonesia juga menjadi cerita spesial. Di luar dugaan, atlet-atlet Indonesia tampil melebihi ekspektasi. Indonesia berhasil menyudahi perjuangan dengan menempati peringkat keempat di Asian Games. Ini prestasi paling gemilang bagi Indonesia selama berpartisipasi di Asian Games.
Indonesia tercatat mengumpulkan 98 medali, perinciannya 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Benar-benar melebihi angan dan harapan. Sebelum Asian Games 2018 bergulir, Indonesia hanya mematok 16 medali emas, atau maksimal 20 keping. Di klasemen akhir, kontingen tuan rumah juga hanya ingin menempati posisi 10 besar.
Advertisement
Nyatanya, target jauh terlampaui. Antusiasme masyarakat juga luar biasa. Hampir setiap hari Stadion Utama Gelora Bung Karno dan venue-venue lain di Jakarta maupun Palembang dipadati warga yang ingin mendukung perjuangan atlet.
Dukungan luar biasa tersebut melecut semangat para atlet. Medali demi medali direngkuh. Bahkan, atlet-atlet yang semula tak diprediksi mampu unjuk gigi, ternyata malah bersinar. Namun, ada juga atlet-atlet yang sejak awal diprediksi emas, berhasil memenuhi ekspektasi dengan penampilan yang pantas diacungi jempol.
Sosok pebulutangkis Jonatan Christie layak dianggap sebagai pemain yang bersinar di Asian Games 2018. Dia mampu membalikkan prediksi bahwa tunggal putra bulutangkis Indonesia tak akan bisa berbuat banyak. Jojo membungkam keraguan dengan menyumbangan medali emas.
Bintang lain yang tak kalah bersinar di Asian Games 2018 adalah karateka Rifki Ardiansyah hingga Lalu Muhammad Zohri.
Siapa saja atlet lain yang bersinar di Asian Games 2018. Berikut daftarnya:
Sumber: Bola.com
Defia Rosmaniar
Defia Rormaniar mencetak sejarah untuk Indonesia pada perhelatan Asian Games 2018. Atlet taekwondo asal Bogor ini menyumbang medali emas pertama untuk Indonesia.
Defia mengalahkan wakil Iran, Salahshouri Marjan dengan skor 8.690 - 8.470, pada final nomor individu poomsae putri di Jakarta Convention Center, Senayan, Minggu (19/8/2018).
Setelah mempersembahkan emas, Defia langsung menangis. Ia berlari mengibarkan bendera Merah Putih, lalu menghampiri Presiden Jokowi yang menonton pertandingan tersebut.
Medali emas tersebut sangat berarti bagi Defia, Indonesia, dan cabang taekwondo. Defia adalah peraih emas pertama untuk kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Selain itu, Defia menjadi peraih emas pertama cabang taekwondo Indonesia sepanjang sejarah Asian Games.
Medali emas ini merupakan hasil dari kerja kerasnya selama ini. Sebelum Asian Games 2018, Defia dan tim taekwondo Indonesia menjalani latihan di Korea Selatan. TC di Korea merupakan periode terberat yang harus ia jalani.
Advertisement
Christopher Rungkat/Aldilla Sutjiadi
Petenis ganda campuran Indonesia, Christopher Rungkat/Aldila Sutjiadi, membuat kejutan dengan merengkuh medali emas pada cabang olahraga tenis Asian Games 2018 di lapangan tenis JSC, Palembang, Sabtu (25/8/2018). Keberhasilan mereka juga diiringi torehan tiga catatan spesial.
Medali emas masuk genggaman Christo / Aldila setelah mengalahkan ganda campuran Thailand, Sonchat Ratiwatana/Luksika Kumkhum, 6-4, 7-5 [10-7]. Ini menjadi kejutan karena Christo/Aldila tidak ditargetkan meraih emas pada nomor ini.
Catatan istimewa pertama yang ditorehkan Christo/Aldila adalah mengakhiri penantian panjang Indonesia untuk kembali berjaya di cabor tenis. Ini adalah emas pertama cabor tenis bagi Indonesia sejak Asian Games 2002. Saat itu, medali emas diraih dari nomor beregu putri.
Catatan yang tak kalah istimewa adalah Christo/Aldila menjadi ganda campuran pertama di cabor tenis yang meraih emas Asian Games sejak 1990. Artinya, ganda campuran sudah puasa medali emas di Asian Games selama 28 tahun.
Medali emas ganda campuran pada Asian Games 1990 disumbangkan oleh pasangan Yayuk Basuki/Hary Suharyadi. Saat itu, Indonesia juga meraih medali perunggu ganda campuran melalui Suzanna Wibowo/Bonit Wiryawan.
Catatan istimewa ketiga, Christo/Aldila menjadi satu dari dua ganda campuran Indonesia yang berjaya dengan menyabet emas Asian Games. Satu pasangan lainnya adalah Yayuk/Suharyadi.
Jonatan Christie
Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, berhasil meraih medali emas Asian Games 2018 setelah mengalahkan wakil Chinese Taipei, Chou Tien Chen, dengan skor 21-18, 20-22, 21-15. Prestasi Jojo, sapaan akrab Jonatan Christie, dianggap sebagai tanda-tanda kebangkitan tunggal putra Indonesia.
Setelah Taufik Hidayat gantung raket pada 2013, tunggal putra Indonesia seakan mati suri. Tak ada sosok yang mampu membuat nomor tersebut menjadi andalan Indonesia di pentas bulutangkis dunia.
Padahal, bersama Taufik Hidayat dan para pendahulunya seperti Rudy Hartono dan Liem Swie King, tunggal putra Indonesia sempat diperhitungkan negara-negara pesaing. Hal itu tak terlepas dari menterengnya prestasi atlet Indonesia dari nomor tersebut.
Hingga akhirnya penantian panjang tunggal putra akan prestasi prestisius akhirnya berakhir. Selasa, 28 Agustus 2018, ketika Indonesia menggelar Asian Games 2018, seluruh Istora Senayan dibuat gegap gempita menyambut sang juara baru, Jonatan Christie.
Atlet berusia 20 tahun itu mengembalikan nama baik tunggal putra setelah 12 tahun tak merengkuh gelar di ajang Asian Games. Dalam perjalannya hingga ke tangga juara, Jonatan berhasil mengalahkan pebulutangkis papan atas seperti Shi Yuqi dan Chou Tien Chen.
Advertisement
Hanifan Yudani Kusumah
Hanifan Yudani Kusumah bersinar di Asian Games 2018 karena dua alasan. Yang pertama, dia merupakan salah satu penyumbang medali emas untuk Indonesia dari cabang pencak silat.
Alasan kedua, pesilat asal Jawa Barat itu memanfaatkan momen keberhasilannya untuk menyatukan Indonesia lewat pelukan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Hanifan yang sempat mendapat pengurangan poin karena pelanggaran menendang terlalu tinggi, akhirnya berhasil meraih medali emas. Kemenangan tipis 3-2 atas Nguyen Thai Lihn memastikan medali emas kembali jatuh ke pangkuan Indonesia.
Kemenangan Hanifan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo yang berdampingan bersama Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Prabowo Subianto, menjadi momen yang luar biasa bagi sang atlet. Pesilat muda berusia 20 tahun itu pun menciptakan momen yang menjadi viral ke seluruh Indonesia dalam sesaat.
Momen itu adalah ketika Hanifan berinisiatif untuk mengajak Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto berpelukan bersama. Momen yang kemudian disambut tepuk tangan meriah dari para pendukung Indonesia yang memadati Padepokan Pencak Silat.
Rifki Ardiansyah Arrosyid
Karateka Indonesia, Rifki Ardiansyah, membuat kejutan dengan merengkuh medali emas di Asian Games 2018. Ternyata, keberhasilannya menorehkan prestasi membanggakan itu dibarengi dengan perjuangan tak mudah.
“Di Asian Games, saya memiliki beberapa rintangan cedera. Seperti saat tiga hari sebelum pertandingan, dalam latihan saya kena tendangan tumit di bagian rahang. Saya sempat muntah darah dan dibawa ke rumah sakit. Alhamdulillah, bisa teratasi dan bertanding memberikan yang terbaik,” terangnya.
Pencapaian Rifki mengundang banyak perhatian publik. Apalagi, dia baru menjalani debut di Asian Games 2018 setelah sebelumnya juga tampil di SEA Games 2017.
Pria kelahiran 24 Desember 1997 itu juga melewati tantangan yang tidak mudah sampai meraih medali emas. Dia berjumpa dengan karateka asal Iran, Amir Mehdizadeh, yang merupakan peraih emas di nomor yang sama pada Asian Games 2014.
Rifki mengaku sempat menjalani banyak tahapan seleksi sebelum terjun di Asian Games 2018. Beberapa kali, karatea asal perguruan Inkai itu mengalami cedera selama pelatnas dan uji coba.
“Sebelum Asian Games, kami ada uji coba ke Mesir dan juga kejuaraan di Yordania. Tapi, di kejuaraan itu saya kalah dari Jepang dan tidak memperoleh medali. Tapi saya bangkit lagi,” ungkapnya.
“Lalu, saya juga terkena cedera di bagian pangkal paha. Saya tidak putus asa dan terus berjuang untuk berlatih dan memberikan yang terbaik. Alhamdulillah semuanya bisa berjalan,” imbuhnya.
Advertisement
Aries Susanti Rahayu
Spiderwoman Indonesia. Begitulah julukan yang kini makin melekat dengan Aries Susanti Rahayu setelah menyumbangkan medali emas bagi Indonesia dari panjat tebing, tepatnya nomor kecepatan putri.
Aries Susanti menyatakan meraih medali emas Asian Games 2018 di kandang sendiri merupakan momen istimewa. Dia bahkan menyebut medali emas tersebut lebih bergengsi daripada gelar di Kejuaraan Dunia yang juga pernah diraihnya.
Aries menyandang status juara dunia, setelah menjadi yang terbaik pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing - IFSC World Cup 2018 di Chongqing, China, pada 5 Mei. Namun, Aries mengaku merasakan kegembiraan yang lebih besar saat dipastikan mempersembahkan emas untuk Indonesia.
"Meraih medali emas di rumah sendiri jauh lebih menyenangkan, apalagi nomor ini baru pertama kali dipertandingkan di Asian Games," ujarnya seusai lomba.
Lalu Muhammad Zohri
Lalu Muhammad Zohri mengukir tiga cerita istimewa sepanjang turun di Asian Games 2018. Yang pertama, dia berhasil menembus final nomor lari paling bergengsi, yaitu 100 meter putra.
Keberhasilannya lolos ke final sudah menjadi cerita istimewa, apapun hasilnya. Dia masih berusia sangat muda, tepatnya 18 tahun, tapi mampu bersaing dengan atlet-atlet yang sudah punya nama besar.
Yang kedua, Zohri dan kawan-kawannya mampu membawa tim estafet 4x100 meter meraih medali perak Asian Games 2018.
Medali perak ini merupakan yang pertama bagi Indonesia setelah 1966 atau 52 tahun silam, yaitu pada nomor estafer 4x100 meter.
Tim Indonesia yang terdiri atas Lalu Muhammad Zohri, Fadlin, Bayu Kertanegara, dan Eko Rimbawan, mencatatkan waktu 38,77 detik pada lomba tersebut. Medali emas direbut Jepang dengan catatan waktu 38,16 detik. Perunggu disabet China dengan catatan waktu 38,89 detik.
Raihan ini sangat spesial karena sudah lama Indonesia tak menikmati kesuksesan pada nomor ini. Terakhir kali, Indonesia menorekan perak pada Asian Games 1966.
Tim Indonesia yang menyabet perak pada Asian Games 1966 terdiri atas Sugiri, Supardi, Wahjudi, dan Jootje Oroh. Ternyata, prestasi tersebut berhasil diulangi oleh Muhammad Zohri dkk.
Torehan istimewa ketiga, sosok Zohri bisa memancing penonton menyesaki tribune di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Antusiasme pentonton selalu besar setiap kali Zohri turun ke lintasan untuk bertanding.
Advertisement
Bunga Nyimas Cinta
Atlet skateboard Indonesia, Bunga Nyimas Cinta, menikmati momen manis tak terlupakan di Asian Games 2018. Bukan hanya meraih medali perunggu, tapi juga memberi kado indah untuk ibunda tercinta.
Medali perunggu tersebut ditorehkan Nyimas pada nomor nomor street putri di Jakabaring Sport City, Palembang, Rabu (29/8/2018). Raihan tersebut membuat atlet 12 tahun itu menjadi skateboarder termuda yang menyabet medali di pesta olahraga antar-bangsa di Asia itu.
Momen kedua jadi paling istimewa, karena medali perunggu yang diraihnya bertepatan dengan ulang tahun ke-35 ibunya pada 29 Agustus. “Medali ini adalah kado ulang tahun untuk ibu saya,” kata Nyimas, seperti dilansir situs Asian Games.
Bertanding di bawah terik matahari di Palembang, Nyimas menunjukan potensinya sebagai skateboarder berbakat dan bermental juara di nomor street (jalanan). Ia tampil percaya diri di final dengan sukses melakukan trik seperti fs kickflip over the ramp dan stalefish.
Trik tersebut cukup sulit untuk ukuran atlet belia. Nyimas akhirnya mendapat medali perunggu dengan perolehan 19,8 poin. Peraih medali emas adalah Margielyn Didal dari Filipina dengan 30,4 poin dan Kaya Isa memperoleh perak Jepang dengan 25,00 poin.
Dua peraih medali lainnya pada Asian Games 2018 tersebut sudah punya jam terbang lebih tinggi. Margielyn berumur 19 tahun dan Kaya Isa berumur 17 tahun.