Kisah Sukses Pengusaha Brand Sorella dan Outlet The Brahouse

Tahukah kamu siapa aktor dibalik kesuksesan brand Sorella, Felancy, Pierre Cardin, dll yang berhasil menembus pasar Indonesia?

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 06 Mar 2015, 00:03 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2015, 00:03 WIB
Kisah Sukses Pengusaha Brand Sorella dan Outlet The Brahouse
Tahukah kamu siapa aktor dibalik kesuksesan brand Sorella, Felancy, Pierre Cardin, dll yang berhasil menembus pasar Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta Bicara soal pakaian dalam wanita, pasti kaum hawa sudah familiar dengan brand seperti Sorella, Felancy, Pierre Cardin, Young Hearts dan Sorex yang sering terlihat di berbagai departemen store maupun mall - mall di Indonesia.

Tahukah kamu siapa aktor dibalik kesuksesan brand-brand tersebut menembus pasar Indonesia dan memiliki market yang besar? Bukan seorang perempuan, melainkan sosok laki-laki bernama Chris Candra, asal Nangroe Aceh Darussalam. Chris Chandra merupakan Presiden Direktur PT Megariamas Sentosa yang memegang lisensi brand-brand diatas dan pemilik outlet 'The Brahouse' yang sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Siapa sangka sebelum menjadi pengusaha sukses di industri pakaian dalam wanita, Chris berjualan kelontong di Medan meneruskan jejak orang tuanya.  Bermula dari tawaran temannya dari Singapura untuk membuka bisnis bra, ia akhirnya memulai bisnis itu pada tahun 1981.

Pertama-tama, Chris memasok produk pakaian dalam dari Singapura dan mulai memasarkannya di Medan. Pasar bra yang tidak terlalu bagus di Medan, membuat Chris memasarkan produknya ke Jakarta. Kendala muncul ketika ia disulitkan dengan masalah impor barang yang mempengaruhi stok barang. Akhirnya, Chris mencoba memproduksi sendiri bra-bra tersebut dengan membuka pabrik kecil di daerah Kosambi, Tanggerang.

Berbagai strategi pemasaran disiapkan Chris supaya produk-produkny bisa terpajang di departemen store. Pada saat itu, baru ada dua departemen store besar di Jakarta, yaitu Matahari dan Rimo. Mau tak mau, ia pun harus mengantre untuk bersaing dengan produk lain.  Chris juga tidak sungkan untuk belajar dari teman-temannya yang sudah lebih ahli di bidang kain maupun pakaian dalam.

Selama dua tahun, ia rajin melobi dua departemen store itu hingga akhirnya produknya diterima dan bersanding dengan berbagai brand pakaian dalam lain yang lebih dulu masuk.

Saat krisis moneter datang di tahun 1998, bisnis Chris juga ikut terganggu menyebabkan produksi menurun drastis. Mengingat keberlangsungan bisnisnya ini menyangkut hajat hidup banyak karyawan dengan prinsip pantang menyerah, Chris terus bertahan dan berhasil melalui krisis.

Selanjutnya...

1

Inovasi untuk Memenuhi Kebutuhan dan Seleras Pasar

Setelah 30 tahun lamanya menggeluti bisnis pakaian dalam, bisa dikatakan Chris telah mencapai puncak keberhasilan.
memiliki kurang lebih 100 outlet The Brahouse yang tersebar di Indonesia, Chris selalu mencoba melakukan inovasi baru berkat saran dan masukan dari para penggunanya.

Pria berusia 65 tahun ini tidak segan-segan mengirimkan desainer terbaik perusahaannya untuk mengikuti berbagai perhelatan fashion pakaian dalam di negara-negara lainnya termasuk kawasan Eropa dan Amerika Serikat.

Menurutnya, pakaian dalam bukan hanya menjadi kebutuhan fungsional bagi wanita, melainkan telah menjadi kebutuhan aktualisasi diri dari segi fashion maupun gaya.

Dengan pabrik yang dimiliki, Chris mampu memproduksi 10 ribu pasang pakaian dalam wanita per harinya. Diferensiasi produk juga diterapkan untuk menyesuaikan kebutuhan yang beragam, mulai dari remaja, fashionista, sampai ke konsumen ibu-ibu. Tidak hanya fokus di pasar nasional, Chris pun berhasil mengekspor 10 persen dari produksinya ke Singapura, Malaysia, Thailand dan Hong Kong.

Selanjutnya...

2

Dalam hal urusan transaksi keuangan dan perbankan, Chris  Chris mempercayakan hal tersebut kepada PT. Bank Central Asia, Tbk (BCA).

Sejak 1998, Chris mulai menjadi nasabah BCA KCP Jembatan Tiga karena lokasinya paling terjangkau dari perusahaannya. Melihat banyaknya nasabah BCA yang juga menjadi konsumen The Brahouse, Chris yang juga menjadi nasabah di BCA KCU Pluit ini pun menerapkan kewajiban untuk memasang electronic data capture (EDC) di setiap outlet The Brahouse.

Hasilnya, angka EDC BCA selalu diatas rata-rata dan trendnya semakin meningkat. Outletnya pun terpilih sebagai outlet dengan total transaksi tertinggi di ITC Surabaya dalam program Kejutan EDC BCA Juli-September 2014 lalu dan ia berhak mendapatkan hadiah senilai 25 juta rupiah dari BCA.



Untuk meneruskan cita-citanya menjadi brand pakaian dalam nomor satu di Indonesia, Chris Chandra mempercayakan perusahaannya pada generasi penerusnya, 3 dari 4 orang putranya meneruskan bisnis pakaian dalam yang dirintis Chris.

Tidak lupa, Chris berpesan kepada para penerusnya untuk serius dan kerja keras dalam bekerja. Salah satu kunci suksenya adalah kerja dengan niat dan semangat.

“Berdagang produk apapun bisa asalkan ada niat dan semangat. Saat orang lain bekerja sehari 8 jam, kita harus 16 jam,” tegasnya.

BCA Senantiasa di Sisi Anda.

(Adv)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya