Liputan6.com, Jakarta Perjuangan Indonesia untuk memasukan topik penyaluran investasi negara maju di sektor infrastruktur negara berkembang akhirnya diterima sebagai agenda pertemuan G20. Untuk pertama kalinya, menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara G20 membahas selama dua hari di Sydney, Australia.
Menteri Keuangan, Chatib Basri mengungkapkan, negara berkembang anggota G20 sejak tiga tahun terakhir telah memperjuangkan agenda tersebut. Setelah perjuangan tanpa lelah, petinggi negara dan kepala bank sentral anggota G20 akhirnya mengakui pentingnya investasi infrastruktur di setiap negara anggota.
"Butuh waktu 3 tahun sebelum infrastruktur menjadi agenda G20 karena harus melalui pembahasan di working group di Meksiko, Jerman, Moskow dan sekarang masuk di agenda G20. Jadi ini yang pertama kalinya," terang dia saat ditemui usai Raker Dana Hibah di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Dalam usulannya, Indonesia dan negara berkembang berharap negara maju anggota G20 harus memprioritaskan aliran dana masuk dari negara maju yang diperuntukkan untuk sektor infrastruktur di negara berkembang.
"Ini yang dikatakan sebagai investasi asing langsung," jelasnya.
Meski diterima sebagai topik pembahasan G20, negara maju mendesak negara berkembang untuk segera memperbaiki iklim investasi yang belum maksimal seperti prosedur administrasi.
"Nanti kan dananya (infrastruktur) bisa dari private fund karena suku bunga (interest rate) di dunia juga relatif rendah sehingga arus modal bisa mengalir ke negara berkembang," ucapnya.
Selain topik infrastruktur, agenda lain dalam pembahasan G20 adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dunia yang akan berada di kisaran 2% dalam lima tahun ke depan. Pertumbuhan ekonomi dunia sangat penting bagi pemulihan ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam forum tersebut, Indonesia mengaku lantang menyampaikan pemerintah tengah melakukan reformasi dan membenahi fiskal negara ini. Bank Indonesia (BI) akan fokus dari sisi kebijakan moneter terkait suku bunga acuan.
"Kami juga meminta ke negara maju supaya komunikasi dan koordinasi menjadi lebih baik dan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Janet Yellen merespon apa yang disampaikan Indonesia bahwa negara maju akan memperhatikan isu-isu di negara berkembang," pungkas Chatib.(Fik/Shd)
Advertisement