Jalan Sering Rusak, Insinyur Indonesia Dapat Cap Negatif

Insinyur Indonesia dinilai kurang berkarya dan belum menghasilkan terobosan-terobosan terbaru.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 12 Jun 2014, 12:42 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2014, 12:42 WIB
Jalan Rusak Jadi Kebun Pisang
Jalan Raya Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Tasikmalaya yang rusak, ditanami pohon pisang sebagai bentuk protes warga.

Liputan6.com, Jakarta - Profesi insinyur di Indonesia belum memiliki nama baik. Hal tersebut membuat para insinyur Indonesia sulit bersaing dengan insinyur dari luar negeri.

Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PPI), Bobby Gofur Umar menyatakan, saat ini insinyur Indonesia mempunyai stigma negatif yang mencoreng mencoreng profesi mereka.

Stigma negatif tersebut muncul bukan dengan sendirinya tetapi akibat dari hasil karya yang dibuat oleh insinyur Indonesia.

"Harus diakui masih ada catatan miring tentang insinyur Indonesia. Misalnya produk-produk konstruksi seperti jalan selalu cepat rusak. Bangunan yang tak pernah berhenti diperbaiki atau jembatan rubuh," kata dia Jakarta, Kamis (12/6/2014).

Selain itu, insinyur Indonesia juga dinilai kurang berkarya dan belum menghasilkan terobosan-terobosan terbaru.

Menurut Bobby, jika hal itu dibiarkan maka insinyur Indonesia bakal kalah bersaing dengan insinyur asing saat menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) nanti. "Insinyur asing tak lama lagi akan menginvasi," lanjutnya.

Maka dari itu, pihaknya meminta agar tidak melupakan tanggung jawab profesi insinyur dalam kehidupan masyarakat. Tak hanya itu, Bobby juga menekan insinyur mesti terlibat dalam setiap tahapan pembangunan mulai dari fase inisiasi, perencanaan, eksekusi dan monitoring, serta fase project close-out.

"Ini tidak main-main pemerintah membutuhkan insinyur handal yang mengedepankan profesionalisme, etika dan integritas dengan menjunjung tinggi kode etik insinyur,"tutupnya. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya