Kebocoran Anggaran Terbesar Terjadi di Daerah?

"Kalau melihat kebocoran sebenarnya di daerah itu besar sekali, misalnya proyek di daerah," ujar Dosen Pascasarja Politik UI M. Nasih.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Jun 2014, 18:31 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2014, 18:31 WIB
Rupiah
Rupiah (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Dosen Pascasarjana Ilmu Politik UI, Mohammad Nasih menilai, pernyataan calon presiden Prabowo Subianto soal kebocoran dana sekitar Rp 1.000 triliun dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) masuk akal.

Menurut Nasih, dari informasi yang ia terima kalau banyak proyek-proyek yang di daerah selalu tercemar dari tindakan korupsi.

"Kalau melihat kebocoran sebenarnya di daerah itu besar sekali, misalnya proyek di daerah, itu paling bagus bisa dikerjakan 40% sudah bagus, artinya bocor 60%," kata Nasih di Gedung DPD, Jakarta, Rabu (18/6/2014).

Sebagai kalangan praktisi, Nasih menilai sebagai calon presiden, Prabowo dinilai wajar mengungkapkan hal itu mengingat itulah sebagai janji di masa kepemimpinannya dan sudah juga mengacu dari apa yang disampaikan oleh ketua KPK.

Hanya saja, dia memandang setiap presiden harusnya mampu menyajikan data yang riil dalam menyampaikan visi misinya agar tidak terjadi miss informasi di mata calon pemilihnya nanti.

"Kalau dianalogikan ke daerah, Rp 1.000 triliun itu wajar, kalau proyek daerah saja kan 2/3 nya bocor. Kalau Rp 1.600 triliun  itu APBN, berapa itu bocornya, itu kan hampir Rp 1000 triliun," jelasnya.

Dalam pemaparan debat calon presiden (Capres) jilid kedua pada Minggu 15 Juni 2014 dengan tema pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial, Prabowo Subianto memaparkan adanya kebocoran dana sekitar Rp 1.000 triliun dari APBN. Pihaknya pun akan memangkas kebocoran dana tersebut. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya