Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Sofyan Djalil mengungkapkan pemerintah baru menghadapi sejumlah rintangan berat ke depan. Salah satu faktor utama rintangan ekonomi yaitu mengatasi anggaran negara yang selalu defisit.
"Masalah besar di bidang ekonomi adalah defisit anggaran,"kata dia dalam acara 'Mantan Menteri dan Gubernur BI Bicara' , Jakarta, Jumat (20/6/2014).
Ia mengatakan, Indonesia selalu mengalami defisit anggaran dipicu dari harga minyak. Ia mencontohkan, jika harga naik karena konflik di Irak maka pemerintah mesti pandai mengalokasikan anggaran dengan baik. Hal itu karena Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak.
Advertisement
Selain itu, ia mengungkapkan, penerimaan pajak juga belum maksimal. Padahal penerimaan pajak dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. "Masih banyak yang bisa dimobilisasi," lanjut dia.
Tak hanya itu saja, pemerintahan baru juga menghadapi masalah logistik. Hal itu mengingat 23 persen produk domestik bruto/PDB dialokasikan untuk biaya logistik. Oleh karena itu, pemerintahan baru mendatang harus diisi oleh para profesional dan orang memahami bidang yang digelutinya. "Kabinet masa depan mesti diisi oleh orang-orang komitmen," tukas dia.
Harga minyak naik pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) karena pelaku pasar khawatir meningkatnya konflik di Irak bisa mengganggu pasokan dari produsen minyak mentah terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) tersebut.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik US$ 46 sen menjadi US$ 106,43 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Agustus naik US$ 80 sen menjadi US$ 115,06 per barel. (Amd/Ahm)