Jokowi Harus Perhatikan Neraca Transaksi

pekerjaan terberat pemerintah adalah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM).

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 26 Jul 2014, 11:17 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2014, 11:17 WIB
Ratusan Pemudik Motor Mengular di SPBU Karawang
Hal ini disebabkan jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor semakin bertambah, Karawang, Jumat (25/7/14) dini hari. (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan hasil pemilihan presiden dan wakil presiden dimana calon presiden nomor urut 2 Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla memenangkan jumlah perolehan suara.

Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan Jokowi untuk meningkatkan industri pasar modal adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

"Kalau menurut saya yang dilakukan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis di Jakarta, Sabtu (26/7/2014). Pasalnya, kata dia, untuk menanamkan modalnya para investor selalu memperhatikan data ekonomi.

Selain itu, menurut dia yang harus dilakukan adalah penyehatan neraca transaksi berjalan. "Menurunkan current defisit. Mungkin ya bagaimana trade balance, ekspor harus dinaikkan, Pasar modal itu bicara data," ujar dia.

Saat ini, pekerjaan terberat pemerintah adalah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Hal itu dikarenakan subsidi BBM membebani transaksi neraca berjalan.

Oleh karena itu, pemerintah baru harus menurunkan angka subsidi tersebut secara bertahap, sehingga ada perbaikan pada angka current defisit. 

Perbaikan tersebut bukan saja membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih bergairah tetapi juga mencegah capital outflow baik dari sisi portofolio maupun investasi. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya