Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas belum dapat memastikan realisasi proyek pembangunan kereta super cepat atau shinkansen rute Jakarta-Surabaya di era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Andrinof A Chaniago mengatakan, pemerintah belum membahas pembangunan kereta super cepat atau High Speed Railway (HSR) rute Jakarta-Bandung-Surabaya usai pembatalan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS).
"Kereta super cepat belum dibicarakan, kan masih wacana," papar dia di Jakarta, seperti dikutip Rabu (12/11/2014).
Andrinof pun enggan berkomentar terkait pelaksanaan kereta super cepat apakah masih akan dibantu pemerintah Jepang atau negara lain."Nggak tahu karena masih wacana. Jangan terlalu serius lah, yang sudah fix saja yang mendekati rencana," ucap dia.
Sebelumnya, pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II memutuskan untuk membangun kereta api super cepat tanpa terikat dengan Jepang. Skema pembiayaan maupun teknologi untuk kereta cepat ini bisa berasal dari negara lain, tak hanya Jepang.Â
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Dedy S Priatna mengungkapkan, pemerintah Indonesia bakal membuka tender internasional dalam merealisasikan proyek tersebut.Â
"Pak Chairul Tanjung (Menko Perekonomian) maunya dibuka saja. Jadi dengan Jepang tidak terikat (untight), harus pakai tender internasional," ujarnya.Â
Dengan demikian, pelaksanaan studi kelayakan atau feasibility study (FS), pembiayaan, teknologi dan sebagainya bukan hanya digarap Jepang. Artinya terbuka dikerjakan negara lain. "Teknologinya kereta cepat yang memungkinkan dari Spanyol, Kanada, Jerman, Inggris yang semuanya bagus," katanya.Â
Pemerintah Jepang ingin memberikan dana hibah untuk melakukan studi kelayakan kereta api jalur Jakarta-Bandung ini dengan nilai Rp 150 miliar.Â
Menurut Dedy, pemerintah Jepang mengalokasikan dana hibah untuk pelaksanaan FS pembangunan kereta cepat selama dua tahun sebesar US$ 15 juta atau Rp 150 miliar.Â
"Untuk FS kereta api Jakarta-Bandung saja mereka (Jepang) kasih US$ 15 juta dolar. Jarang-jarang ada yang memberi segitu, biasanya paling US$ 1 juta atau US$ 500 ribu," terangnya. (Fik/Nrm)
JSS Batal, Bagaimana Nasib Kereta Super Cepat Jakarta-Surabaya?
Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II di bawah kepemimpinan Presiden SBY memutuskan untuk membangun kereta api super cepat.
diperbarui 12 Nov 2014, 10:21 WIBDiterbitkan 12 Nov 2014, 10:21 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apakah Penghafal Al-Qur'an Harus 30 Juz, Bagaimana jika Hafal Satu Surat Saja? Ini Penjelasan UAH
Tips Anak GTM: Panduan Lengkap Mengatasi Gerakan Tutup Mulut
Tergiur Harga Motor Murah, Pria Ini Malah Tertipu Ratusan Juta Rupiah
Mengenal Badendang Rotang, Tradisi Malam Tahun Baru di Maluku
3 Rahasia Berat Badan Anant Ambani Turun 108 Kg dalam 18 Bulan Menurut Pelatih Kebugarannya
Tidur setelah Subuh Tidak Haram, tapi Kenapa Tidak Dianjurkan Ulama? Simak Kata Buya Yahya
Pengemudi Ojol Jadi Korban Begal di Tangerang, Sepeda Motor Raib
Bumi Menjauh dari Matahari, Fenomena Kosmik yang Tak Perlu Dikhawatirkan
Astronaut NASA yang Terdampar Rayakan Natal di ISS
Link Live Streaming Liga Inggris Arsenal vs Ipswich Town, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 28 Desember 2024
Menkum Supratman Tegaskan Tak Ada Koruptor yang Terima Amnesti