Liputan6.com, Washington - Pertemuan negara-negara anggota G20 di Brisbane, Australia diakhiri dengan sejumlah tujuan strategis guna meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi global. Merespon sejumlah target G20, Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde mengatakan, siap mengawasi berbagai aktivitas ekonomi setiap negara dalam mencapai berbagai target G20 yang terbilang ambisius.
IMF juga siap mengawal aksi setiap negara dalam meningkatkan produk domestik bruto (PDB) seluruh anggota G20 hingga mencapai U$ 2 triliun atau meningkat 2,1 persen pada 2018. Menurut Lagarde, itu merupakan upaya luar biasa yang dapat menguntungkan perekonomian global.
Baca Juga
"Penerapannya sangat penting, dengan kerangka kerja yang kuat, IMF siap mengawasi setiap kemajuannya," terang Lagarde dalam seperti dikutip dari keterangan resmi IMF, Senin (17/11/2014).
Advertisement
Dia menjelaskan, 2014 merupakan tahun yang produktif bagi G20. Artinya, kebijakan yang tepat dibutuhkan untuk memperkuat laju perekonomian yang berkelanjutan serta meningkatkan lowongan kerja baru seperti ditargetkan seluruh pimpinan negara anggota G20.
Lagarde juga mengaku senang karena G20 sepakat untuk mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita di tempat kerja. G20 berjanji akan meningkatkan partisipasi wanita hingga 25 persen di dunia kerja pada 2025.
"Langkah itu tak hanya akan memberikan pekerjaan bagi lebih dari 100 juta wanita di dnia tapi juga meningkatkan pertumbuhan global dan mengurangi tingkat kemiskinan," jelasnya.
Selain itu, dia mengatakan, G20 telah memberikan perhatian besar bagi sejumlah area yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi global. Infrastruktur juga terus ditingkatkan oleh sejumlah negara-negara anggota G20.
Lagarde mendorong seluruh anggota negara G20 untuk bekerjasama memperkuat sistem perdagangan multilateral.
"Perdagangan merupakan komponen penting dalam agenda kebijakan global dan dapat memperkuat integrasi di antara negara G20," tandasnya.
Tak ketinggalan, IMF juga akan mendukung G20 untuk memerangi Ebola melalui sejumlah dana sumbangan. Baru-baru ini, Ebola yang menyerang kawasan Afrika memang diprediksi telah berpengaruh negatif bagi perekonomian global. (Sis/Ndw)