Liputan6.com, Jakarta - Energi Watch Indonesia menilai pembentukan Tim Reformasi Tata Kelola Migas terlihat dipaksakan. Hal itu terbukti dengan pemilihan anggota Tim reformasi tata kelola migas yang dinilai kurang tepat.
Â
"Fakta tak terbantahkan bahwa mafialah yang mendesain tim reformasi migas. Jika ingin membersihkan mafia migas tentu harus dengan sapu yang bersih," ujar Ferdinand Hutahaean di Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Advertisement
Â
Menurutnya, tim reformasi yang belum terbukti tingkat "kebersihannya" melalui KPK atau PPATK semakin membuat gaduh tata kelola migas. Keputusan yang diambilpun akan menguntungkan mafia mafia baru.
"Hal inilah yang saya istilahkan Brankas dititipkan ke maling. Bukan cuma isinya yang bakal diambil, brankasnya bakalan dibawa kabur," tegasnya
Â
Presiden harus segera mengevaluasi agar tidak menjadikan popularitas presiden anjlok dan dicap pencitraan. Dari awal dirinya sangat curiga dengan pembentukan tim reformasi migas. Sekarang sedikit demi sedikit mulai terbukti bahwa tim ini akan jadi sekedar pencitraan, pencitraan mafia dengan cita rada reformis.
"Inilah yang sangat saya khawatirkan kenapa tim reformasi migas berada di bawah menteri ESDM. Pembentukannya pun dipaksakan dan dibentuk pada saat hari libur kerja yaitu hari minggu," pungkasnya.
 Salah satu kredibiltas yang dipertanyakan adalah anggota tim reformasi migas Daniel Purba. Daniel merupakan mantan Vice President Petral.
(Nrm)