Harga BBM Naik, Produsen Tempe Terpuruk

Para produse tahu dan tempe menurunkan volume produksi dan ukuran tahu tempe seiring harga bahan baku kedelai melonjak karena harga BBM naik

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 30 Nov 2014, 12:22 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2014, 12:22 WIB
tempe
tempe

Liputan6.com, Semarang - Efek berantai akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terus terjadi. Setelah beberapa hari berlangsung, kini giliran harga kedelai melonjak. Para produsen tahu dan tempe di Semarang mulai mengurangi ukuran dan jumlah produksi untuk menghindari kerugian yang cukup besar.

Sutarsih, produsen tempe di Kelurahan Tandang misalnya, semenjak pemerintah menaikkan harga BBM, harga bahan baku kedelai meningkat tajam. Harga kedelai semula Rp 7.900 per kilogram kini naik menjadi Rp 8.500 per kilogram (Kg).

Kenaikan itu dinilai memberatkan produsen tempe rumahan. Untuk menghindari kerugian yang cukup besar, ia lantas memutuskan menurunkan produksi dari semula 60 kilogram per hari menjadi 30 kilogram per hari.

”Terpaksa ukuran dan produksi saya turunkan. Sebab, penjualan juga mengalami penurunannya karena sepi pembeli,” kata Sutarsih, Minggu (30/11/2014).

Menurut Sutarsih, bagi kebanyakan produsen sepertinya, dihadapkan pada dua pilihan. Yakni menaikkan harga atau menurunkan ukuran dan volume produksi. Untuk hal ini, Sutarsih memilih menurunkan ukuran dan volume dibanding menaikkan harga jual.  Harga jual tempe per papani sama sekali tidak ada kenaikan. Saat ini ia masih mematok tempe menjadi Rp 5.000.

"Lebih baik menurunkan ukuran dan jumlah produksi daripada menaikkan harga jual. Kalau sampai saya naikkan, pelanggan akan memilih harga yang lebih murah. Bisa-bisa saya kehilangan pelanggan," kata Sutarsih.

Sementara itu, Anisa produsen tahu tempe dari daerah yang sama juga memilih memperkecil ukuran tahu dan tempe rata-rata dikurangi satu atau dua sentimeter per potong.

"Kami tidak berani menaikkan harga jual tempe karena takut tidak laku terjual. Satu-satunya yang dapat kami lakukan hanyalah memperkecil ukuran tempe dan tahu," kata Anisa.

Menurut Anisa, pembeli banyak yang protes karena ukuran tempe diperkecil. Namun, setelah ia memberikan pengertian kalau harga kedelai naik, mereka bisa menerima. Harga tempe lonjong besar dijual mulai Rp 5.000 per bungkus. Sedang, tempe mendoan dijual Rp 1.000 per bungkus.

Menurut Anisa, para produsen tahu dan tempe berharap harga kedelai segera turun. Sebab, jika harga terus tinggi bukan tidak mungkin, usaha mereka terancam gulung tikar.

Sementara itu Ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jateng, Sutrisno Supriantoro menuturkan, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM, tentu ikut pula mengerek harga bahan baku kedelai.

Bahan baku kedelai yang sering naik membuat perajin terpuruk. Banyak produsen yang terpaksa gulung tikar karena tidak mampu mengantisipasi membengkaknya biaya produksi.

Data di Primkopti mencatat dari sekitar 15.000 pengrajin tahu tempe di Jateng setiap tahun selalu terjadi penurunan jumlah perajin hingga 5%. (Edhie P/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya