Liputan6.com, Jakarta - Pesona Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kian memikat hati masyarakat. Tak heran, wanita kelahiran Pangandaran, Jawa Barat pada 15 Januari 1965 tersebut menjadi menteri paling populer di pemerintah Jokowi-JK.
Bak Selebriti seluruh tingkah polah Susi menjadi pusat perhatian. Mulai dari kehidupan pribadinya, gayanya yang nyentrik, hingga gebrakan-gebrakannya yang cukup fenomenal.
Hasil survei terbaru dari Cyrus Network yang dirilis 21 Desember silam menunjukkan popularitas Susi mengalahkan 33 menteri lainnya yang ada di kabinet Kerja Jokowi-JK. Termasuk berhasil mengungguli Puan Maharani, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa serta Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan.
Advertisement
Ketenaran Menteri Susi bahkan diakui Presiden Joko Widodo. Saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), orang nomor satu di Indonesia itu menceritakan betapapopulernya Susi. Bahkan Pria yang akrab disapa Jokowi ini selalu diteriaki 'Bu Susi' saat melakukan blusukan ke sejumlah daerah.
Susi memang berbeda dengan menteri kebanyakan. Jika menteri-menteri yang lain adalah lulusan sarjana, bahkan hingga perguruan tinggi luar negeri, Susi hanya memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Namun jangan salah, Ibu tiga anak ini merupakan salah satu pengusaha yang suksesdi Tanah Air. Kesuksesan Susi terlihat dari puluhan pesawat yang dia miliki dari berbagai jenis seperti Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter, dan Piaggio P180 Avanti.
Susi mengawali karir sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya berkembang kemudian mendirikan pabrik pengolahan ikan pada PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan lobster bermerk Susi Brand. Pasarnya, pun berkembang hingga luar negeri seperti Asia dan Amerika.
Berkembangnya pasar produk ini pun membuatnya mau tak mau membutuhkan sarana transportasi sehingga produk yang dibawa dalam keadaan segar. Akhirnya muncullah pemikiran untuk membeli sebuah pesawat pengangkut yang kemudian melatarbelakangi berdiri PT ASI Pudjiastuti Aviation dan berkembang hingga saat ini.
Jadi Menteri Bukan Untuk Kaya
Jadi Menteri Bukan Untuk Kaya
Meski jabatan menteri merupakan jabatan yang sangat bergengsi, namun ternyata gaji menjadi menteri jauh lebih kecil dari pendapatan pemilik perusahaan.
Setidaknya hal itu yang dialami oleh Susi. Menurutnya, gajinya sebagai menteri hanya sebesar 1 persen dari pendapatan yang diterimanya sebagai pemiliki maskapai perintis, Susi Air.
"Asal tahu saja, gaji saya sebagai menteri itu cuma 1 persennya dari gaji saya di perusahaan saya," kata Susi dengan nada bercanda di Kantor Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan pada 30 Oktober lalu.
Susi mengungkapkan, dengan gaji yang besar di perusahaannya, dirinya bisa lebih santai dalam bekerja dibandingkan menjadi menteri. Untuk itu, dia menegaskan dirinya mengambil tawaran menjadi menteri bukan untuk menjadi kaya dan hebat.
Alasan utama dirinya menerima tawaran dari Presiden Jokowi yaitu ingin membawa sektor perikan dan kelautan Indonesia menjadi lebih baik.
Pengalamannya sebagai pengusaha di bidang perikanan selama 33 tahun bakal menjadi modal besar untuk memimpin KKP dalam lima tahun ke depan. Berbekal pengalamannya, Susi berjanji akan membawa Kementerian Kelautan dan Perikanan ke arah yang lebih baik.
Menurut dia, Indonesia mesti menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mandiri secara ekonomi. Pasalnya, potensi Indonesia sangat besar mengingat 70 persen wilayah Indonesia berupa laut. Bahkan, menurutnya luasnya lima kali lebih besar daripada Thailand.
Sayangnya, potensi tersebut tak tergarap secara optimal. Hal itu karena angka ekspor di sektor perikanan di bawah dari Thailand dan Malaysia.
Agar bisa fokus mencapai target, Susi bahkan rela mundur dari posisinya sebagai Presdir Susi Air setelah namanya diumumkan masuk kabinet kerja pada 26 Oktober lalu.
Advertisement
Jawab Kritik Lewat Kinerja
Jawab Kritik Lewat Kinerja
Tak peduli dengan pandangan masyarakat, Susi justru ingin menunjukkan kinerjanya. Susi yang terkenal tegas dan pekerja keras langsung bergerak cepat.
Sejumlah kebijakan dikeluarkan seperti larangan illegal fishing, moratorium izin kapal baru, larangan bongkar muat kapal di tengah laut (transhipment) sampai tindakan tegas seperti penenggelaman kapal pencuri ikan di laut Indonesia.
Susi mengingatkan kepada kapal asing untuk tidak lagi berani memasuki perairan Indonesia tanpa izin. Meski belum bisa berbuat banyak untuk menindaknya, namun menurut dia pemerintah sebenarnya sudah tahu keberadaan kapal-kapal tersebut.
Ancaman Susi bukanlah omong kosong belaka. Pada awal Desember lalu, 3 kapal asing ilegal asal Vietnam ditenggelamkan di perairan Tanjung Pedas, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Aksi tegas atas penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) di perairan Indonesia telah mendorong produksi ikan di dalam negeri naik. Hasilnya, harga ikan di Indonesia saat ini jauh lebih murah dibanding sebelumnya.
Tindakan ini juga membuat pasokan ikan berkurang sehingga harga ikan di Singapura dan Malaysia yang mulai terkerek naik. Ini Berarti keuntungan buat eksportir Indonesia untuk bisa ekspor ikan segar. (Ndw)