Raja Arab Saudi Wafat, Harga Minyak Dunia Kian Tak Menentu

Wafatnya Raja Abdullah diprediksi dapat menambah ketidakpastikan di pasar energi yang kini tengah menghadapi kemerosotan harga minyak

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 23 Jan 2015, 12:04 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2015, 12:04 WIB
Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Azis
Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Azis. (Reuters/Hassan Ali)

Liputan6.com, Riyadh - Harga minyak dunia tercatat naik pada sesi awal perdagangan Jumat menyusul kabar meninggalnya Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul di usia 90 tahun. Meski begitu, wafatnya Raja Abdullah diprediksi dapat menambah ketidakpastikan di pasar energi yang kini tengah menghadapi kemerosotan harga minyak terparah dalam beberapa dekade terakhir.

Mengutip laman cbc.ca, Jumat (23/1/2015), Raja Abdullah tutup usia setelah dirawat di King Abdulaziz Medical City sejak Desember tahun lalu. Kini saudara laki-lakinya, Salman, menjadi raja di negera eksportir minyak terbesar dunia tersebut.

"Ada ketakutan akan ketidakpastian tersebut akan mendorong naik harga minyak dunia. Hal itu mengingat Raja Abdullah merupakan penggagas strategi mempertahankan produksti tetap tinggi seperti sekarang dan mendorong keluar para pengusaha kecil di industri minyak," katanya.

Harga minyak kini telah merosot lebih dari 50 persen sejak harganya memuncak pada Juni tahun lalu. Itu lantaran pasokan minyak melimpah di tengah lambatnya permintaan terhadap komoditas tersebut.

Produksi minyak Amerika Serikat yang terus meningkat sejauh ini telah mengubah AS menjadi eksportir besar di dunia dengan produksi lebih dari sembilan juta barel per hari. Padahal sebelumnya, AS menjadi negara importir minyak terbesar di dunia.

Untuk bertahan dengan pasokan melimpah dan harga yang jatuh, banyak eksportir minyak seperti Venezuela berharap OPEC memangkas produksinya. Sayangnya, OPEC justru bersikukuh untuk tetap mempertahankan produksinya sebanyak 30 juta barel per hari. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya