47 Negara di Dunia Terus Menumpuk Utang

Lembaga riset McKinsey & Co mencatat 47 negara di dunia terus menumpuk utang sejak 2007 hingga saat ini.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 07 Feb 2015, 19:31 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2015, 19:31 WIB
Aksi aktivis Koalisi Anti Utang di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (16/8). Mereka mendesak pemerintah melakukan audit hutang luar negeri.(Antara)

Liputan6.com, New York - Lembaga riset McKinsey & Co mencatat 47 negara di dunia terus menumpuk utang sejak 2007 hingga saat ini. Tercatat utang negara naik US$ 57 triliun menjadi US$ 199 triliun atau setara 17 persen dari produk domestik bruto. Utang tersebut meliputi utang pemerintah, perusahaan,  rumah tangga dan perusahaan keuangan.

Dikutip dari Bloomberg (7/2/2015), utang tersebut diperkirakan akan terus melebar untuk tahun-tahun selanjutnya. Mckinsey mencatat sebanyak US$ 25 triliun disumbang oleh pemerintah, utamanya dari negara berkembang atau emerging market.

Selain itu dalam perhitungan Mckinsey, ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian yang menyebabkan utang terus tumbuh. Pertama, anggapan utang yang tinggi baik untuk penghematan.

Padahal, sikap petinggi negara punya langkah yang lebih lazim seperti penjualan aset, kenaikan pajak, dan restrukturisasi utang.

Kedua, rumah tangga negara masih meningkatkan utang. Laporan tersebut menulis 80 persen negara meningkatkan utang sejak tahun 2007. Termasuk di dalamnya negara-negara di Eropa Utara, Kanada dan Australia.

Ketiga, peningkatan utang disumbang oleh China. Utang disumbang oleh perkembangan real estate dan bank bayangan (shadow banking). Utang negara dengan perekonomian terbesar kedua ini meningkat dari US$ 7 triliun menjadi US$ 28 triliun. Dengan beban itu, kini utang China lebih besar ketimbang Amerika dan Jerman. (Amd/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya