RI dan China Sepakat Dongkrak Perdagangan ‎Rp 1.943 Triliun

Presiden Joko Widodo telah menggelar pertemuan bilateral‎ dengan Presiden China Xi Jinping

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 23 Apr 2015, 20:25 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2015, 20:25 WIB
Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping (REUTERS/Feng Li)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo telah menggelar pertemuan bilateral‎ dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela acara Konferensi Asia Afrika di Jakarta Convention Center (JCC).

Dalam pertemuan tersebut, kedua negara telah menyepakati komitmen peningkatan perdagangan dalam beberapa tahun ke depan mencapai US‎$ 150 miliar atau setara dengan Rp 1.943 triliun (kurs Rp 12.954 per dolar AS).

‎"Dari hasil pertemuan bilateral, di mana secara umum dalam setiap pertemuan kita membahas kerjasama konkrit dan nyata," kata Jokowi di JCC, Kamis (23/4/2015).

Dijelaskan Jokowi, angka tersebut harus direalisasikan karena akan menguntungkan kedua negara.

Tak hanya itu, kesepakatan lain yang dicapai Indonesia dengan China yaitu realisasi pengerjaan proyek kereta super cepat (High Speed Train) dengan rute Jakarta-Bandung.

Diketahui sebelumnya, ‎menindak lanjuti keinginan dua presiden tersebut sore harinya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sejumlah perusahaan BUMN menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan BUMN Cina mengenai realisasi pelaksanaan pembangunannya.

Dikutip dari dokumen perjanjian antar kedua belah pihak yang diperoleh Liputan6.com, salah satu isi perjanjian menyebutkan, kereta cepat yang akan dibangun memiliki kecepatan 350 kilometer (km) per jam.

"‎Membangun kereta api berkecepatan tinggi 350 km per jam dengan desain yang sesuai dengan standar teknis Tiongkok dan dengan menggunakan peralatan Tiongkok berdasarkan model kerjasama yang disepakati," tulis dokumen tersebut.

Dalam dokumen tersebut juga diungkapkan‎, kerjasama Indonesia dengan China tersebut memiliki ruang lingkup menentukan model kerjasama melalui konsultasi bersama berdasarkan hasil dari studi kelayakan dan dengan tunduk kepada peraturan perundang-undangan Indonesia dan Tiongkok.

‎Selain itu, kedua pihak sepakat untuk berkolaborasi secara dekat dalam desain, pengadaan, konstruksi, pendanaan, manajemen transportasi, dan perawatan proyek, dan juga pelatihan staf pengoperasian dan perawatan, pembangunan kapasitas, dan pembuatan peralatan perkeretaapian secara lokal untuk HSR Indonesia.

Dalam dokumen tersebut disebutkan, perusahaan BUMN Indonesia yang dipimpin oleh PT Wijaya Karya (Persero) memiliki mitra yaitu PT Jasa Marga (Persero), PT Industri Kereta Api (Persero), PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dan PT Len Indonesia (Persero).

Sementara dari pihak China, konsorsium perusahaannya akan dipimpin oleh Cnina Railway yang memiliki anggota China Railway International Co. Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, The Third Railway Survey adan Design Institute Group Corporation (TDSI), Chin Academy of Railway Sciences, CSR Corporation Limited dan China Railway Signal & Communication.

Nantinya konsorsium Indonesia akan bertanggung jawab dalam pengerjaan Feasibilty Study yang akan diselesaikan maksimal 8‎ Mei 2015. Sedangkan konsorsium China akan akan bertugas untuk mempelajari solusi proyek termasuk volume transparansi, penumpang, tarif, pemilihan rute, pemilihan lokasi, konfigurasi peralatan utama, konstruksi, biaya pengoperasian, manajamen transportasi.‎ (Yas/Ndw)‎

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya