BI Rate Bakal Bertahan di 7,5%

BI Rate tetap 7,5 persen untuk menjaga inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Mei 2015, 12:05 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2015, 12:05 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di level 7,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur pada Selasa (19/5/2015).

Direktur PT Bahana TCW Invesment Management, Budi Hikmat mengatakan, BI akan tetap mempertahankan BI Rate tersebut mengingat ada kemungkinan pembayaran dividen yang marak di kuartal II 2015. Hal itu membuat permintaan dolar AS menguat.

Di sisi lain, ia memang mengharapkan BI dapat menurunkan BI Rate untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi investor asing cenderung keluar setelah ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen di kuartal I 2015.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, BI bakal tetap menahan suku bunga di level 7,5 persen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan inflasi.

Dalam dua bulan terakhir, inflasi cenderung tinggi. Tercatat, inflasi April 2015 sebesar 0,36 persen. Laju inflasi year on year (April 2014-April 2015) tercatat mencapai 6,79 persen. BI menargetkan inflasi sekitar empat persen plus minus 1 persen.

Tak hanya inflasi tinggi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga cenderung berfluktuasi di kisaran 13.200. "Bila nilai tukar rupiah ini tidak dijaga maka pukul pasar keuangan dan sektor riil. Karena itu, BI Rate bakal tetap untuk menjaga kestabilan inflasi dan nilai tukar rupiah," tutur Joshua.

Joshua menilai, peran pemerintah juga diperlukan untuk menjaga inflasi. Bila inflasi tinggi maka tidak dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Joshua mengatakan, suku bunga bukan satu-satunya alat untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

"Dari sisi pemerintah harus optimal lagi untuk merealisasikan anggaran terutama infrastruktur agar mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Untuk itu kebijakan fiskal, makro prudensial, BI Rate juga bisa menjadi alat tingkatkan pertumbuhan ekonomi," kata Joshua.

Selain sentimen domestik, Joshua menilai, rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserve juga menjadi perhatian BI. Meski demikian, pemulihan ekonomi AS belum kuat dinilai menjadi pertimbangan bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve untuk menunda kenaikan suku bunga hingga akhir tahun.

Joshua mengatakan, hal itu dapat dimanfaatkan oleh BI untuk menurunkan suku bunga acuan sebelum The Fed naikkan suku bunganya.

"Paling maksimal BI turunkan suku bunga 25 basis poin karena current account (neraca transaksi berjalan) kita juga masih defisit," kata Joshua.

Sebelumnya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen pada 14 April 2015. Selain itu, BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8,00 persen. (Ahm/)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya