Foto Terakhir Didi Petet di Expo Milano

Berkat kegigihan Didi Petet, paviliun Indonesia bisa berdiri di pameran berkelas internasional World Expo Milano 2015.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Mei 2015, 19:14 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2015, 19:14 WIB
Didi Petet memberikan penjelasan kepada Menteri Perdagangan Rachmat Gobel di paviliun Indonesia saat World Expo Milano.
Didi Petet memberikan penjelasan kepada Menteri Perdagangan Rachmat Gobel di paviliun Indonesia saat World Expo Milano.

Liputan6.com, Jakarta - Aktor senior Didi Petet meninggal dunia pada Jumat 15 Mei 2015 sekitar pukul 05.30 WIB, di kediamannya di kawasan Kedaung, Ciputat, Tangerang Selatan. Sebelumnya, Didi sempat menjalani perawatan di Italia usai menghadiri World Expo Milano 2015.

Paviliun Indonesia di ajang internasional tersebut bisa dibilang sebagai karya pertama dan terakhir Didi Petet. Dalam setahun terakhir, Didi melalui Koperasi Pelestari Budaya Nusantara (KPBN) sangat konsen berjuang agar paviliun Indonesia bisa berdiri di World Expo Milano 2015. KPBN adalah penyelenggara atau event organizer paviliun Indonesia.

 Berawal dari keputusan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif (Kemenparekraf) memutuskan untuk tidak ikut dalam Expo Milano 2015, sekitar Desember 2013. Padahal pada tahun sebelumnya, Menteri Perdagangan saat itu, Mari Elka Pangestu menyatakan Indonesia akan ikut serta dalam Expo Milano 2015.

Pada awal Mei 2014, Didi Petet yang mengetahui ketidakhadiran Indonesia dalam Expo Milano 2015, memberanikan diri untuk menyelenggarakan Indonesia Paviliun di ajang tersebut. Pada 20 Maret 2014, KPBN membuat surat kepada Mari Elka Pangestu selaku Menparekraf untuk menjadi penyelenggara paviliun Indonesia di Expo Milano.

Lalu 20 Mei 2014, Didi Petet membuat surat pernyataan KPBN bertanggung jawab sepenuhnya terhadap dana dan menyatakan bahwa KPBN telah mempersiapkan keperluan dana dan seluruh pekerjaan atas biaya KPBN serta mitra.

Pada tanggal 6 Mei 2014, Mari Elka Pangestu mengeluarkan surat kepada CEO Expo Milano yang isi suratnya merekomendasi KPBN untuk membangun Paviliun Indonesia.

KPBN mulai membuat desain dan merencanakan pembangunan serta menandatangani kontrak di Milan bahwa Indonesia menjadi partisipan. Karena untuk penyelenggaraan paviliun Indonesia memerlukan dana yang besar.

Didi mencoba mencari dana dari sponsor-sponsor karena pembiayaan pembangunan dan operasional pameran selama 6 bulan, diperkirakan sebesar Rp 80 miliar. Sampai saat menjelang pembukaan, baru mendapat sponsor sebesar Rp 33,55 miliar.

Karena kesulitan dana, KPBN harus menerima kenyataan dengan masih adanya kekurangan dana meski pembukaan Paviliun harus dimulai pada 1 Mei 2015.

Dokumentasi Pavilion Indonesia World Expo Milano

 

 

Paviliun Indonesia tetap berdiri meski KPBN harus melunasi pembayaran kontraktor-kontraktor Italia yang mengerjakan Paviliun, termasuk banyaknya pekerjaan tambahan yang memerlukan dana cukup besar, termasuk adanya kendala barang-barang pameran yang tertahan di custom atau Bea Cukai setempat.

 

 

Dokumentasi Pavilion Indonesia World Expo Milano

Meski barang-barang yang bakal dipamerkan masih belum lengkap, Didi dengan penuh percaya diri sebagai penanggung jawab Paviliun Indonesia memberikan penjelasan kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Rachmat Gobel.

 

Dokumentasi Pavilion Indonesia World Expo Milano

 

Setelah pembukaan Paviliun Indonesia, panitia melakukan penyempurnaan dan telah mengeluarkan barang-barang dari custom atau Bea Cukai. Saat ini, kondisi paviliun Indonesia membaik.

Meski Didi telah tiada, dari hari ke hari jumlah pengunjung yang datang menyambangi paviliun Indonesia juga terus bertambah. Para pengunjung sangat menikmati hasil buah pikiran sang aktor kawakan ini.

Jika pada hari pertama hanya 2.950 orang yang datang, data terakhir menunjukkan 12.392 pengunjung datang ke paviliun Indonesia pada 16 Mei 2015. Rata-rata 8.000 sampai 10.000 pengunjung setiap hari. (Ndw)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya