Ayam dan Cabai Bikin Inflasi Juni Melonjak

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya Pertamax ikut andil dalam mendongkrak angka inflasi.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Jul 2015, 16:52 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2015, 16:52 WIB
Pedagang daging ayam di Pasar Senen, Jakarta Pusat
(Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan laju inflasi pada Juni 2015 mencapai 0,54 persen. Angka inflasi Juni 2015 ini mengalami kenaikan jika dibandingkan inflasi pada Mei 2015 yang tercatat 0,5 persen.

Kepala BPS, Suryamin mengatakan, salah satu penyebab inflasi pada Juni 2015 melonjak karena adanya kenaikan harga daging ayam ras. Hal ini terkait tingginya permintaan saat Ramadan dan jelang Lebaran nanti.

"Tercatat, harga daging ayam ras naik 4,72 persen dengan andil ke inflasi sebesar 0,06 persen dan bobot 1,22 persen. Ini karena jelang puasa dan Lebaran. Terjadi kenaikan di 64 kota, salah satunya kota Palangkaraya dan Sampit 29 persen, juga di Tanjung 28 persen," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/7/2015).

Cabai merah yang mengalami kenaikan harga sebesar 10,59 persen dengan andil ke inflasi 0,06 persen dan bobot 0,49 persen juga disebut turut menyumbang inflasi. Kenaikan harga ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan cabai merah.

"Ini karena berkurangnya pasokan. Terjadi kenaikan di 67 kota, salah satunya di Merauke sampai 78 persen dan Manokwari 76 persen," katanya.

Selain itu, sejumlah komoditas lainnya yang ikut menyumbang inflasi seperti harga telur ayam ras yang kenaikan 6,74 persen dengan andil ke inflasi 0,05 persen dan bobot 0,73 persen. Kenaikan harga ini terjadi di 78 kota indeks harga konsumen (IHK) dari 82 kota IHK yang diteliti seperti di Sorong naik 30 persen dan Watambone naik 21 persen.

Kemudian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya Pertamax sebesar naik 0,68 persen, dengan andil 0,03 dan bobot 3,97 persen. "Naik turunnya bensin ini juga berdampak ke inflasi," lanjut dia.

Selanjutnya, beras juga mengalami kenaikan harga 0,62 persen dengan andil 0,02 persen dan bobot 3,77 persen. Serta kenaikan harga ikan segar. Menurut Suryamin, meskipun di Tual harga mengalami penurunan karena produksi melimpah, namun harga ikan segar secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen dengan andil 0,02 persen dan bobot 2,64 persen.

"Permintaan naik jelang puasa dan pasokan nelayan selain Tual berkurang karena cuaca tidak dukung. Ikan bandeng naik 1,58 persen dan kembung 0,07 persen," ungkapnya.

Harga buah apel juga naik 5,68 persen dengan andil 0,02 persen dan bobot 0,29 persen. Ini terjadi karena pasokan berkurang sedangkan permintaan tinggi. Kenaikan harga terjadi di 53 kota di mana kenaikan tertinggi terjadi di Tasikmalaya 20 persen dan Maumere 19 persen.

Harga gula pasir juga naik 3,45 persen dengan andil 0,02 persen dan bobot 0,48 persen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga di tingkat distributor seiring dengan permintaan jelang lebaran yang juga meningkat. Kenaikan terjadi di 77 kota seperti di Meulaboh dan Goron 10 persen, sedangan di Bau Bau, Tegal dan Ambon masing-masing mengalami kenaikan 8 persen.

Penyumbang inflasi terakhir yaitu tarif dasar listrik (TDL) yang mengalami kenaikan 0,57 persen dengan andil 0,02 persen dan bobot 3,46 persen.

"Ini wajar karena sesuai terjadi penyesuaian tarif meski sedikit-sedikit tapi secara bertahap. Kenaikanya terjadi terjadi di 80 kota, jadi hampir keseluruhan. Yang tertinggi di Pontianak 1,68 persen. Yang tidak mengalami kenaikan itu seperti Tarakan dan Batam," jelasnya.

Selain menyumbang inflasi, ada sejumlah komoditas lain juga menjadi penahan laju inflasi, seperti harga tomat sayur yang mengalami penurunan 4,69 persen dengan andil 0,01 persen dan bobot 0,17 persen. Hal ini lantaran adanya kenaikan pasokan sehingga menyebabkan harga turun di 45 kota seperti di Sumenep turun 56 persen dan Bima 45 persen.

"Tarif angkutan udara juga turun 2,22 persen dengan andil 0,01 persen dan bobot 0,89 persen. Karena permintaan angkutan udara relatif sedikit jelang puasa. Penurunan terjadi di 21 kota, seperti di Jambi 15 persen dan Bima 12 persen," tandasnya. (Dny/Gdn)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya