Produksi Padi Nasional Diperkirakan 75,55 Juta Ton

Swasembada pangan menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

oleh Septian Deny diperbarui 01 Jul 2015, 18:31 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2015, 18:31 WIB
Jokowi Hadiri Panen Raya di Indramayu
Presiden Joko Widodo melihat seorang petani melakukan panen padi di Desa Kedokan Gabus, Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu, Rabu (18/3/2015). (Rumgrapres/Agus Suparto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi gabah kering giling (GKG) nasional bisa mencapai 75,55 juta ton pada 2015 ini. perkiraan dari BPS ini lebih besar jika dibandingkan dengan target produksi padi dari Kementerian Pertanian yang sebesar 73,5 juta ton.

Kepala BPS, Suryamin mengatakan, lebih tingginya perkiraan produksi gabah Kering giling dari BPS ini karena adanya perluasan lahan panen yang mencapai 0,51 juta hektare atau 3,71 persen dari total.

"Dengan demikian terjadi kenaikan produktivitas sebesar 1,45 kuintal per hektare atau 2,82 persen," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/7/2015).

Suryamin melanjutkan, peningkatan produksi tersebut akan disumbang dari produksi padi di Pulau Jawa sebesar 1,83 juta ton. Sedangkan peningkatan produksi di luar Jawa sebesar 2,88 juta ton.

"Perkiraan kenaikan produksi relatif besar terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Timur dan Jawa Barat. Tetapi penurunan produksi yang relatif besar juga terjadi di Yogyakarta, Gorontalo dan DKI Jakarta. Tapi DKI Jakarta dari segi produksi juga tidak besar," lanjutnya.

Dengan adanya kenaikan produksi ini, lanjut dia, Indonesia sebenarnya tidak perlu melakukan impor beras lagi karena produksi padi di dalam negeri sudah mampu memenuhi kebutuhan nasional. "Tidak akan impor jika kebutuhan setiap bulan terpenuhi. Padi itu setiap bulan selalu ada produksi di daerah-daerah," tandasnya.

Sebelumnya, swasembada pangan menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di masa awal kepemimpinannya. Pemerintah menargetkan swasembada beras dan jagung dapat terwujud dalam tiga tahun ke depan.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi‎, Muhammad Nasir‎ mengungkapkan, Indonesia dinilai perlu mencontoh China dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas padi di Indonesia dari segi teknologi.

"Mereka (China) sudah mengembangkan teknologi penanaman hibrid dalam pengembangan pertanian, itu menjadi tantangan buat kita untuk seperti mereka," kata Nasir.

ia menjelaskan, saat ini petani di Indonesia dalam menanam padi maksimal hanya dapat menghasilkan gabah 9-10 ton per hektare. Sementara di China yang menggunakan metode hibrid mampu menghasilkan gabah mencapai 12-15 ton‎ per hektare.

Sebenarnya para petani di Indonesia beberapa sudah menerapkan teknologi penanaman hibrida ini, hanya saja dalam bidang penyuluhan dan pembinaan penanaman dengan metode tersebut masih belum banyak dikenal masyarakat. (Dny/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya