Liputan6.com, Jakarta - Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengkritik perkiraan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 serta ramalan (prognosis) tahun 2016. Lantaran, kondisi tersebut sulit tercapai melihat kondisi ekonomi Indonesia melambat.
Ketua Banggar DPR RI Ahmadi Noor Supit mengatakan, realisasi APBN-P 2015 menjadi acuan untuk anggaran pemerintah ke depannya.
Baca Juga
"Apakah betul ada kemungkinan pencapaian penerimaan pajak sampai 92 persen dalam situasi seperti ini? Apakah tidak hanya 80 persen saja yang kita capai saja itu? Apakah dollar itu betul bisa 13.200, sekarang saja sudah 13.400 ekonomi ke depan semakin parah. Apakah tidak jebol sampai 14.000 dan 15.000 ini akan jadi baseline pembahasan APBN 2016," ujar Ahmadi, Kamis (2/7/2015).
Advertisement
Melihat kondisi itu, pihaknya tak ingin pembahasan perkiraan APBN-P 2015 diputuskan secara cepat. "Nanti setelah nota keuangan, yang dibahas adalah hasil laporan semester dan prognosis ini untuk 2016. Makanya jangan sesederhana ini pembahasannya," ujar Ahmadi.
Pihaknya menyadari ekonomi Indonesia ke depan akan semakin berat. Jadi, apabila tak dibahas lebih dalam akan merugikan masyarakat. "Masyarakat merasakan betul, oleh karena itu tidak fair kalau tidak dibahas lebih dalam. Sayangnya hari ini pemerintah belum siap dengan bahan itu. Bahannya adalah itu rumusan kesimpulan. Padahal maksudnya penyajian ulang yang kemarin disampaikan menteri," tandas dia.
Sebelumnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen hingga akhir 2015. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menuturkan, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,5 persen pada semester II 2015.
"Prognosis atau perkiraan APBN-P akhir tahun atau semester II. Pertama perkiraan asumsi, sekali lagi ini estimasi kondisi hari ini. Pertumbuhan ekonomi semester I sebesar 4,71 persen, pertumbuhan ekonomi semester II sebesar 5,5 persen. Sehingga outlook 2015 pertumbuhan ekonomi 5,2 persen," ujar Bambang.
Inflasi akhir tahun diperkirakan 4,2 persen. Angka itu sesuai target pemerintah empat plus minus 1 persen. "Inflasi semester I realisasi YoY 7,4 persen, semester II sebesar 4,2 persen. Prediksi akhir tahun 4,2 persen," kata Bambang. (Amd/Ahm)