Liputan6.com, Chicago - Harga emas berjangka gagal mencetak keuntungan seiring gejolak terjadi di pasar saham global karena kekhawatiran terhadap ekonomi China. Kekhawatiran terhadap ekonomi China terkait prospek permintaan untuk logam industri.
Harga emas untuk pengiriman Desember turun 0,5 persen atau US$ 6 ke level US$ 1.153,60 per ounce.Direktur Goldcore, Mark O'Byrne menuturkan harga emas lebih rendah di awal pekan ini karena ada kendala likuiditas oleh hedge fund atau pengelola dana investor untuk marjin. Adanya marjin itu membuat investor harus menyetor lebih banyak uang untuk menjaga posisi.
Baca Juga
"Selama beberapa waktu emas memiliki korelasi terbalik dengan saham tetapi sering emas berkorelasi dengan saham untuk jangka pendek. Kejatuhan pasar saham dalam satu hari juga berpengaruh," kata O'Bryne.
Advertisement
Sementara itu,Kepala Riset CMC Market Colin Cieszynski menuturkan harga emas tidak dapat reli di awal pekan seiring telah mencapai level terbatas. Akan tetapi harga emas dapat tetap aktif dalam beberapa minggu mendatang.
"Secara historis sekarang menguntungkan harga emas karena musim pernikahan India mendekat," kata Cieszynski.
Untuk harga logam lainnya, logam tembaga, salah satu impor terbesar China turun 4,5 sen atau 1,9 persen menjadi US$ 2.259 per pound, dan ini terendah dalam enam tahun. Harga palladium mencatatkan penurunan terbesar sekitar 4,9 persen ke level US$ 575,05 per ounce.
Sedangkan harga perak untuk pengiriman September melemah 3,5 persen menjadi US$ 14.762 per ounce."Secara psikologis aksi jual dapat dimengerti karena ekonomi China mendapatkan tekanan berpengaruh terhadap logam. Apalagi China juga menyumbang dari total permintaan logam," tulis laporan analis Commerzbank, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (25/8/2015).
Dalam laporan itu juga menyebutkan kalau permintaan China untuk logam tetap kokoh. Akan tetapi sentimen China membuat pasar keuangan panik. Aksi jual untuk logal terjadi setelah indeks saham Shanghai turun 8 persen, dan ini penurunan terbesar dalam satu hari sejak 2007. Bahkan indeks saham Dow Jones sempat jatuh 1.000 poin di awal perdagangan saham. (Ahm/Igw)