Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi inflasi Agustus 2015 sebesar 0,39 persen. Laju inflasi tersebut merupakan yang terendah sejak 2007.
Kepala BPS, Suryamin menuturkan inflasi tembus 7,18 persen secara tahun ke tahun (Year on Year). Kalau secara tahun kalender (year to date) tercatat 2,29 persen. Komponen inti pada Agustus 2015 tercatat 0,52 persen, sedangkan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun mencapai 4,92 persen.
"Inflasi Agustus ini terendah sejak 2010 bahkan 2007. Inflasi 0,76 persen pada 2010, 2011 sekitar 0,93 persen, 2012 sekitar 0,95 persen, 2013 sekitar 1,12 persen, dan pada 2014 0,47 persen. Sedangkan inflasi Agustus 2015 tercatat 0,39 persen," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (1/9/2015).
Adapun 13 komponen yang penyumbang inflasi di bulan kedelapan ini, antara lain:
1. Daging ayam ras dengan perubahan harga rata-rata 0,68 persen dan andil inflasi 0,08 persen. Karena kurangnya pasokan. Terjadi kenaikan harga di 61 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pandan 38 persen dan 23 persen di Ternate
2. Beras mengalami kenaikan harga 1,6 persen dan andil inflasi 0,06 persen, karena musim panas. Peningkatan harga terjadi di 65 kota IHK, tertinggi di Bandar Lampung 7 persen dan Bulukumba 6 persen
3. Cabai rawit dengan perubahan harga 24,01 persen dan andil inflasi 0,05 persen karena kurangnya pasokan lantaran ada gagal panen di beberapa daerah. Terjadi kenaikan harga di 75 kota IHK, tertinggi di Merauke 68 persen dan Probolinggo 63 persen
4. Uang sekolah SD perubahan harga 4,75 persen dan andil inflasi 0,04 persen karena masuk tajun ajaran baru. Sebanyak 58 kota IHK mengalami kenaikan biaya, tertinggi di Kediri 17 persen dan Semarang 13 persen
5. Uang sekolah SMP/SLTP mengalami kenaikan 5,4 persen dan andil ke inflasi 0,03 persen karena memastuki tahun ajaran baru. Peningkatan terjadi di 50 kota IHK, tertinggi di Bima 49 persen dan Mataram 15 persen
6. Uang sekolah SLTA naik 4,11 persen dengan andil inflasi 0,03 persen karena ada tahun ajaran baru. Kenaikan terjadi di 43 kota IHK, tertinggi di Padang 33 persen dan Tanjung Pandan 22 persen
Mie instan
7. Mie mengalami kenaikan harga 1,39 persen dengan andil inflasi 0,02 persen. Karena berasal dari impor dan terdampak dari pelemahan kurs rupiah sehingga harga bahan baku naik. Terjadi kenaikan di 23 kota IHK, tertinggi di Pare-pare dan Lhokseumawe masing-masing 7 persen dan 6 persen
8. Nasi dengan lauk dengan perubahan harga rata-rata 1,1 persen, andil ke inflasi 0,02 persen karena terkerek harga beras yang melambung. Terjadi kenaikan harga di 22 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pandan 15 persen, Bengkulu dan Banyuwangi masing-masing 6 persen
9. Daging sapi naik 1,27 persen dengan andil inflasi 0,01 persen karena berkurangnya pasokan. Sebanyak 44 kota IHK mengalami kenaikan harga, tertinggi di Bungo 22 persen dan Pematang Siantar 10 persen
10. Tarif listrik dengan perubahan harga 0,25 persen dan andil inflasi 0,01 persen. Ini karena peraturan pemerintah dan peraturan menteri. Tarif mengalami kenaikan di 80 kota IHK, tetinggi di Pontianak 0,78 persen
11. Uang sekolah Perguruan Tinggi naiknya 0,57 persen dengan andil inflasi 0,01 persen karena tahun ajaran baru. Kenaikan terjadi di 18 kota IHK, tertinggi di Sampit 24 persen dan Bengkulu 19 persen
12. Bimbingan Belajar dengan perubahan harga 2,5 persen dan andil inflasi 0,01 persen
13. Tarif jalan tol karena ada instruksi Presiden menurunkan tarif 25 persen dan sekarang sudah normal lagi sehingga terjadi perubahan harga 16,68 persen dan andil inflasi 0,01 persen. Kenaikan tarif di 13 kota IHK, tertinggi di Makassar 26 persen dan Bekasi 25 persen
Advertisement