Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah sudah menyiapkan insentif menarik bagi industri galangan kapal nasional. Sejumlah negara telah menyatakan minatnya untuk membenamkan modal di sektor ini sehingga Indonesia mampu menjadi basis produksi kapal di masa depan.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani mengatakan, pemerintah memberikan insentif fiskal, antara lain Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) untuk impor komponen kapal sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 249 Tahun 2014.
Pemerintah juga memberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak dipungut bagi galangan kapal. Saat ini Peraturan Pemerintah (PP) pengganti PP 38 Tahun 2003 baru saja ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Advertisement
"Fasilitas lainnya, pengembangan kawasan khusus industri perkapalan di Kabupaten Lamongan dan kawasan industri maritim Tenggamus. Lalu ada optimalisasi penggunaan produksi kapal nasional, pengembangan teknologi dan SDM dan mendorong pertumbuhan industri komponen," ucap dia di kantornya, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Dari banjir insentif ini, kata Franky, beberapa calon investor asal Jepang, China, Australia dan Taiwan sangat serius berinvestasi di Indonesia, seperti langsung memproduksi kapal maupun secara bertahap mulai dari maintenance (perbaikan kapal) sampai produksi dan sebagainya. Menurutnya, Indonesia dipandang sebagai basis produksi dengan dukungan pasar yang besar.
"Dengan investor Australia, kami sudah bertemu 3 kali, dengan Menteri Perindustrian 2 kali, jadi begitu aktif. Mereka menilai memproduksi kapal di di Australia sudah tidak mungkin, mahal, sehingga mereka mengurangi kapasitas produksinya dan investasi di sini tapi pasarnya global," jelasnya.
Franky mencatat, izin prinsip di sektor maritim Angkatan Laut mencapai Rp 3,9 triliun dengan total 37 proyek pada periode 1 November 2014-20 September 2015. Sementara angka Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp 1,7 triliun dengan 17 proyek dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 2,2 triliun dengan jumlah 20 proyek.
"Saya optimistis realisasi investasi bisa sampai Rp 5 triliun sampai akhir tahun ini. Karena Australia rencananya mau investasi US$ 150 juta, Sunesi Jepang sudah tapi mulai dulu dengan maintenance US$ 40 juta, China US$ 50 juta, Taiwan belum final, Italia baru kemarin ketemu dan mereka akan ke sini minggu ketiga Oktober 2015," tutur dia.
Permintaan investasi yang datang dari perusahaan asing, kata Franky, membuat iri produsen kapal di luar negeri, salah satunya China. "Banyak yang gigit jari sebenarnya. Yang gigit jari importir dan produsen kapal di luar. Produsen kapal di China bilang waduh kali ini sepi order karena biasanya kita beli atau impor dari China. Jadi kebijakan ini sebetulnya akan mendorong mereka yang dulunya diproduksi di luar justru masuk ke Indonesia," cetus dia.
Senada, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menambahkan, Belanda dan Polandia pun masuk jajaran calon investor yang berkomitmen investasi di industri kapal di Tanah Air.
"Saya berkunjung ke galangan kapal di Rotterdam, mereka membangun industri di Vietnam untuk kawasan Asia Pasifik. Dan mereka melihat pasar paling besar ada di Indonesia, jadi kenapa tidak menjadikan Indonesia pusat produksi kapal," ujarnya. (Fik/Zul)