Liputan6.com, New York - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis setelah sebelumnya harus melewati sesi perdagangan yang cukup bergejolak pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Sementara, harga minyak Brent yang merupakan patokan global, tak banyak berubah di tengah kekhawatiran akan serangan udara Rusia ke Suriah.
Mengutip CNBC, Kamis (1/10/2015) minyak mentah AS yang juga dikenal dengan West Texas Intermediate (WTI) turun 14 sen menuju level US$ 45,09 per barel. Sedangkan minyak mentah Brent menetap di US$ 49 per barel, menuju penurunan hampir 9 persen di September kemarin.
Harga minyak mentah AS di awal sesi perdagangan mengalami penguatan karena adanya kekhawatiran akan terpaan badai yang bisa mengganggu operasional infrastruktur minyak di Pantai Timur AS. Namun kemudian mengalami penurunan ketika pelaku pasar melihat lagi stok minyak mentah yang ada.
"Ini sebenarnya pergerakan yang khas di akhir bulan dimana pelaku pasar melakukan window dressing," jelas Fun Manager Tyche Capital Advisors, Laurel Hollow, New York, AS, Tariq Zahir.
Kejadian yang sama juga dialami oleh harga minyak pada perdagangan di akhir Agustus lalu dimana harga minyak mengalami reli sebesar 8 persen.
The U.S. National Hurricane Center mengatakan bahwa Badai Hoaquin akan mencapai pantai Bahama pada Rabu malam. Badai itu mungkin akan mengancam Pelabuhan New York yang akan menganggu distribusi bensin di AS.
"Badai Joaquin bisa memiliki efek yang cukup besar di pasar. Ombak yang tinggi bisa mempengaruhi distribusi tongkang yang membawa produk olahan," jelas Executive Vice President Perusahaan Broker Komoditas Powerhouse, David Thompson.
Selain itu, sentimen yang mempengaruhi harga minyak adalah serbuan Rusia ke Suriah. Pesawat tempur Rusia telah melancarkan serangan udara ke Suriah yang bisa memicu terjadinya perang di Timur Tengah. (Gdn/Zul)
Â