Rupiah Sentuh Level 13.821 per Dolar AS

Sentimen eksternal dan internal mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada Rabu pekan ini.

oleh Ifsan Lukmannul Hakim diperbarui 07 Okt 2015, 19:45 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2015, 19:45 WIB
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 420 poin terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (7/10/2015).  Hal itu karena menurunnya kinerja data pekerja AS menyebabkan memudarnya ekpektasi kenaikan suku bunga AS pada 2015.

Mengutip Bloomberg, Rupiah ditutup menguat 2,95 persen ke level 13.821 per dolar AS, dibandingkan penutupan kemarin di level 14.241 per dolar AS. Rupiah sempat menyentuh level terkuat harian di 13.711 pada pukul 14.30 WIB. 

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, penguatan nilai tukar rupiah dalam tiga hari ini merupakan kombinasi dari sentimen internal dan eksternal. Deputi Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan, data ekonomi Amerika Serikat (AS) terjadi sedikit pelemahan terutama di data tenaga kerja membuat konsensus kebijakan suku bunga bank sentral AS mulai bergeser kenaikannya yang semula pada Oktober dan Desember 2015 kemungkinan mundur pada 2015.

"Kebijakan suku bunga mulai bergeser kenaikannya menjadi pada kuartal I dan II. Ini membuat di pasar keuangan terjadi pembalikan. Beberapa investor dan spekulan beli dolar melakukan cut loss di pasar keuangangan," ujar Mirza.

Mirza mengatakan, hal tersebut juga terjadi di Malaysia dan negara berkembang lainnya.  Dari domestik, investor menyambut positif langkah pemerintah untuk menderegulasi atau memangkas regulasi dalam paket kebijakan ekonomi jilid I dan II.

"Kita serius melakukan struktural reformasi mulai dari pariwisata, perizinan di berbagai sektor jangka menengah, dan menurunkan inflasi akan tambah suplai valas disambut positif," ujar Mirza.

Dari faktor eksternal, data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dirilis pada Jumat pekan lalu tidak sesuai harapan pelaku pasar.  A.G Pahlevi, Head of Research Archipelago Asset Management pernah mengatakan, hal itu akan berpotensi menunda kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS atau The Federal Reserve. "Kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed ditunda hingga tahun depan," kata Pahlevi.

Di sisi lain, Pahlevi juga melihat banyaknya sentimen positif dari dalam negeri yang mendorong penguatan rupiah. Kembalinya investor asing mengingat harga saham saham di Bursa Efek Indonesia sudah sangat murah.

"Valuasi saham di pasar modal Indonesia yang sangat murah, sehingga sedikit katalis positif akan mendorong aksi beli oleh investor asing," terang Pahlevi.

Lebih lanjut, menurutnya, pernyataan Gubernur BI atas rupiah yang undervalue juga menjadi pendukung penguatan rupiah.

Rupiah juga didorong oleh peluang turunnya harga BBM. Mengingat pada hari Senin Jokowi menuturkan, dalam Rapat Terbatas beberapa waktu lalu di Istana Kepresidenan, ia meminta kepada Menteri ESDM Sudirman Said dan Pertamina untuk menghitung ulang harga BBM saat ini.

"Ekspektasi penurunan harga BBM oleh pemerintah untuk mendorong konsumsi domestik," kata Pahlevi.

Pada Jumat pekan lalu, AS merilis data non-farm payroll atau data laju penyerapan tenaga kerja nonsektor pertanian dan pemerintah. Data tenaga kerja tersebut naik 142 ribu pada September 2015, angka ini jauh lebih rendah dari yang diharapkan pelaku pasar sebesar 201 ribu. (Ilh/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya