‎Investor Garmen di Boyolali Mulai Tambah Karyawan

Hingga Triwulan III Tahun 2015, realisasi investasi mencapai Rp 259,7 triliun, naik 16,6 persen dari periode yang sama tahun lalu.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Nov 2015, 16:33 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2015, 16:33 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu.

Liputan6.com, Jakarta - Satu per satu perusahaan peserta Program Investasi Padat Karya Menciptakan Lapangan Kerja yang diinisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada 5 Oktober 2015 mulai merealisasikan perekrutan tenaga kerjanya.

Salah satu perusahaan tersebut adalah PT Eco Smart, investor garmen di Boyolali. Perusahaan tersebut sepanjang Oktober 2015 telah merekrut 1.421 orang tenaga kerja. Jumlah tersebut menambah 7.500 karyawan yang telah direkrut sejak April 2015.

Sebagai tindak lanjut perekrutan, perusahaan menyelenggarakan on site training bagi 500 calon karyawannya pada Jumat, 11 November 2015 yang dibuka oleh Kepala BKPM Franky Sibarani.

Dalam sambutannya, Franky menyatakan bahwa BKPM berupaya mengawal dan memastikan proses realisasi investasi serta penyerapan tenaga kerja ke-16 perusahaan yang berpartisipasi dalam program Investasi Padat Karya Menciptakan Lapangan Kerja dapat berjalan sesuai rencana.

“BKPM terus berkoordinasi untuk memastikan seluruh perusahaan menyelesaikan proyek investasi tanpa kendala serta mendapatkan tenaga kerja dengan jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan," ujar Kepala BKPM Franky Sibarani pada acara yang berlangsung di lokasi pabrik PT Eco Smart Garment Indonesia di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Jumat (6/11/2015).

Salah satu langkah yang dilakukan BKPM untuk mendorong ketersediaan tenaga kerja adalah mensinergikan investasi dengan pondok pesantren, termasuk di Boyolali.

Franky mengatakan pemerintah terus berupaya untuk mencapai target penyediaan dua juta tenaga kerja setiap tahun. Untuk dapat memenuhi target tersebut, salah satu strategi yang ditempuh pemerintah adalah menjadikan investasi padat karya sebagai fokus dan prioritas investasi.

Terlebih dengan fakta bahwa elastisitas tenaga kerja Indonesia semakin menurun. Pada 2004, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat menyerap 450 ribu tenaga kerja. Tahun 2014, 1 persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan 160 ribu tenaga kerja.

“Saya selalu mengingatkan bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7-8 juta orang. Karena itu, BKPM berupaya mendorong realisasi investasi, sehingga dapat mencapai target pemerintah 2 juta lapangan kerja setiap tahunnya. Investasi padat karya adalah jawaban untuk menciptakan banyak tenaga kerja,” ujar Franky.

Berdasarkan data BKPM, hingga Triwulan III Tahun 2015 realisasi investasi mencapai Rp 259,7 triliun, naik 16,6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 343,7 triliun. Jumlah ini memberikan penyerapan tenaga kerja hingga 1.059.734 orang, naik 9,3 persen dari tahun lalu sebanyak 960.336 orang.

Berdasarkan data realisasi investasi Januari–September 2015, investasi padat karya di Indonesia sudah mencapai Rp 41,5 triliun. Dari investasi tersebut, subsektor industri makanan dan minuman mencapai 1.514 proyek senilai Rp 32,6 triliun, industri tekstil dan produk tekstil mencapai 523 proyek senilai Rp 5,8 triliun, industri kulit dan alas kaki mencapai 164 proyek dengan nilai Rp 1,6 triliun dan industri kayu dan furniture mencapai 115 proyek dengan nilai Rp 1,4 triliun.

Khusus realisasi investasi industri tekstil dan produk tekstil naik 25 persen dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 177 proyek dengan nilai Rp 4,65 triliun.

Investasi di sektor tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh industri pakaian jadi dengan jumlah 203 proyek dan nilai investasi Rp 1,33 triliun diikuti oleh industri tekstil lainnya sebanyak 42 proyek dengan nilai Rp 224 miliar, dan industri penyelesaian akhir tekstil sebanyak 41 proyek dengan nilai Rp 155,8 miliar.

Sementara itu, sepanjang periode yang sama, realisasi investasi tekstil dan produk tekstil di Jawa Tengah sendiri naik 10 kali lipat dari Rp 263 miliar menjadi Rp 2,7 triliun. Penyerapan tenaga kerja naik hingga 20 kali lipat dari 3,074 orang menjadi 60,442 orang. Hal ini menguatkan Jawa Tengah sebagai sentra investasi tekstil terbesar di Indonesia. (Yas/Gdn)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya