Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG). RDG kali ini akan sedikit berbeda dengan RDG sebelumnya karena cakupan pembahasannya yang lebih luas.
‎Namun demikian, dari RDG tersebut nanti tidak akan menghasilkan kebijakan yang signifikan. BI diperkirakan tetap mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen dengan melihat berbagai pertimbangan.
Baca Juga
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik‎ Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetyantono menjelaskan, setidaknya ada dua alasan BI masih mempertahankan suku bunga acuannya, yaitu rupiah dan rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve/The Fed.‎
Advertisement
Baca Juga
"Berangkat dari pemahaman bahwa saat ini stabilitas rupiah masih menjadi prioritas utama, saya merekomendasikan BI rate tetap ditahan dulu agar cadangan devisa tidak merosot‎," kata Tony saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (17/11/2015).
BI bakal memiliki ruang untuk mulai menurunkan suku bunga acuannya. Menurut Tony, hal ini baru akan terjadi mulai memasuki 2016. Itu pun jika BI dan pemerintah mampu berkoordinasi untuk menciptakan angka inflasi yang cukup rendah.
‎"Taruhlah 3,5 persen, maka BI rate bisa mulai diturunkan mulai Januari 2016. Dengan cara itu kita mulai dapat menggantung asa pertumbuhan ekonomi setidaknya 5 persen pada tahun depan," Tony menambahkan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh‎ Kepala Ekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat. Dia memperkirakan Bank Indonesia masih setia dengan angka BI rate 7,5 persen. "‎Mungkin belum turun. BI masih pro stabilisasi. Peluang turun bulan depan pas angka inflasi tahunan rendah," ujar Budi. (Yas/Ahm)*