Petral Dilikuidasi, Rizal Ramli Tak Yakin RI Bebas Mafia Migas

Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan pengadaan minyak oleh Petral merugikan negara.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Nov 2015, 17:40 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2015, 17:40 WIB
20151112-US-ASEAN-BUSINESS-COUNCIL-Jakarta-Rizal-Ramli-JT
Menko Kemaritiman, Rizal Ramli memberikan keterangan dalam pertemuannya di BPPT, Jakarta, Kamis, (12/11). Sebanyak 30 orang delegasi dari 27 perusahaan mendiskusikan topik - topik Implementasi paket - paket kebijakan Pemerintah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku pesimistis mafia migas dapat diberantas, meski Pertamina Energy Trading Li‎mited/Petral sudah tidak berperan dalam pengadaan minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Rizal mengungkapkan, ketidakyakinannya disebabkan oleh lembaga pengganti yang memegang peran Petral yaitu Integrated Supply Chain (ISC), dioperatori oleh orang yang sama.

"Saya tidak begitu yakin, orang-orangnya masih sama saja," kata Rizal, dalam sebuah diskusi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Kamis (19/11/2015).

Menurut Rizal, permainan Petral dalam pengadaan minyak dan BBM jelas merugikan‎ negara, tanpa dilakukan audit hal tersebut sudah dapat dibuktikan. Hal itu juga menurut analisa Rizal yang dilakukan 10 tahun lalu.

"Kalau saudara cari komentar saya 10 tahun lalu, Rizal Ramli pertama bicara mafia migas, kerugian berapa, merugikan negara dan sebagainya. Dan pasti merugikan negara tidak pakai audit saja merugikan negara," ujar Rizal.

PT Pertamina (Persero) ‎telah menghasilkan temuan atas audit forensik yang telah dilakukan terhadap Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Direktur utama PT Pertamina Dwi Soetjipto menuturkan, audit forensik telah dilakukan 1 Juli hingga 30 Oktober 2015 dilakukan oleh auditor independen‎ yang menemukan beberapa ketidak jelasan bisnis yang dilakukan Petral sehingga membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Minyak mentah menjadi mahal.

"Beberapa temuan tersebut meliputi inefisiensi rantai suplai yang meningkatkan risiko naiknya harga minyak dan produk," tutur dia.

Dwi mengungkapkan, beberapa faktor yang berpengaruh pada inefisiensi tersebut meliputi kebijakan Petral dalam proses pengadaan, kebocoran informasi rahasia, dan pengaruh pihak eksternal."Selain itu, ditemukan bahwa Petral melakukan penunjukan pada satu penyedia jasa Marine Service dam Inspektor," ujar Dwi. (Pew/Ahm)

 
 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya