Utang RI Tembus Rp 3.021 Triliun pada Oktober

Rasio pembayaran utang luar negeri atau debt service ratio juga naik mencapai 57,47 persen pada akhir kuartal III 2015.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Nov 2015, 12:45 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2015, 12:45 WIB
Tingkat Utang RI Paling Rendah di Asia
Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB.

Liputan6.com, Jakarta - Utang Indonesia tercatat mencapai Rp 3.021 triliun per Oktober 2015. Utang tersebut turun sekitar Rp 70 triliun dari posisi September 2015 di kisaran Rp 3.091 triliun.

Utang itu terdiri dari pinjaman sebesar Rp 729,61 triliun hingga Oktober 2015. Pinjaman itu terdiri dari pinjaman luar negeri mencapai Rp 726,04 triliun dan pinjaman dalam negeri Rp 3,8 triliun. Sedangkan surat berharga negara mencapai Rp 2.291,79 triliun.

Penerbitan surat berharga negara untuk denominasi valas mencapai Rp 608,78 triliun dan denominasi rupiah di kisaran Rp 1.088,01 triliun. Demikian mengutip dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Senin (23/11/2015).

Sebelumnya rasio pembayaran utang luar negeri atau Debt Service Ratio (DSR) mengalami kenaikan. DSR akhir kuartal III 2015 mencapai 57,47 persen. Rasio itu naik dari posisi per kuartal II-2015 sebesar 53,47 persen dan 53,54 pada akhir kuartal III 2014.

Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menuturkan utang luar negeri melambat didorong oleh perlambatan ekonomi domestik dan depresiasi nilai tukar rupiah sepanjang kuartal III 2015.

Rasio-rasio lain seperti utang luar negeri jangka pendek terhadap total utang luar negeri menurun. Akan tetapi, Joshua mengatakan hal yang perlu diwaspadai adalah rasio  utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB).

"Rasio utang luar negeri terhadap penerimaan transaksi berjalan dan terhadap penerimaan ekspor semuanya meningkat seiring dengan perlambatan ekspor dan ekonomi domestik.  DRS tier satu yang dipergunakan internasional faktanya menurun meski DSR tier 2 meningkat sehingga dapat diartikan kemampuan utang pemerintah menurun," jelas dia.

Joshua memperkirakan, utang luar negeri akan dikelola cukup baik ke depan. Pengelolaan itu dilakukan asal Pemerintah juga perlu mendorong kinerja ekspor sehingga rasio-rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB), transaksi berjalan dan penerimaan ekspor ke depannya membaik di tengah harga komoditas global melemah. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya