BUMN Rusia Siap Jadi Mitra RI Kembangkan Energi Nuklir

Kementerian ESDM menyatakan pengembangan energi nuklir di Indonesia ini masih sebatas pembahasan di atas meja.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Des 2015, 14:15 WIB
Diterbitkan 14 Des 2015, 14:15 WIB
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). (Foto: Reuters)
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). (Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara ‎(BUMN) asal Rusia yang mengembangkan teknologi nuklir Rosatom Company, siap menjadi mitra Indonesia dalam pengembangan energi nuklir di Indonesia. 

Direktur Proyek Rusatom Overseas Inc, salah satu anak perusahaan dari  Rosatom Company, Anton Dedusenko mengatakan, kebutuhan energi di Indonesia sangat besar. Bahkan, jika tak ada pasokan baru ada kemungkinan besar Indonesia akan mengalami defisit. 

Untuk mencukupi kebutuhan pasokan listrik tersebut, Rosatom siap membatu Pemerintah Indonesia mengatasi hal tersebut dengan membangun Pembangkit Listrik Tanaga Nuklir (PLTN).

"Kami akan melakukan studi, apalah dengan defisit energi ini kami bisa membantu Indonesia untuk mengatasinya. Kami pahami perkembangan ekonomi di Indonesia sangat pesat sehingga membutuhkan pasokan energi yang besar pula" kata Anton, di Jakarta, Senin (14/12/2015).


Dalam studi yang dikembangkan, Rosatom telah membuat skenario pembangunan PLTN dengan berbagai kapasitas.‎ "Peran yang bisa kami lakukan dengan membangun pembangkit dengan kapasitas 5 Giga Watt (GW), ada juga 7 GW. Ada juga yang 100 ribu GW dipergunakan," tuturnya.

Wakil Direktur Jenderal Isu Pengembangan proporsional dan Bisnis Internasional Rosatom, Kirill Komarov menambahkan, Indonesia membutuhkan rekan yang bertanggung jawab penuh atas prinsip dasar industri nuklir. Menurutnya, Rosatom merupakan rekan yang dapat diandalkan.

"Rosatom mampu dan siap untuk menjadi rekan yang bertanggungjawab penuh bagi Indonesia," ungkapnya. 

Komarov melanjutkan, Rosatom telah terbukti berpengalaman mengembangkan energi nuklir, dengan membangun 34 PLTN yang tersebar di seluruh dunia. "Salah satu dari projek tersebut adalah PLTN pertama di Asia Tenggara, tepatnya di Vietnam," tutup Komarov.

Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan saat ini pengembangan energi nuklir di Indonesia ini masih sebatas pembahasan di atas meja.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan, seharusnya pengembangan energi nuklir dilihat dari berbagai sisi, sehingga tidak perlu dikhawatirkan tentang dampaknya.

"Nuklir itu untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang baru kita upayakan di sektor itu dengan melihat keberhasilan dan kegagalan di luar negeri, lihat statistik PLTN di dunia teknologi pengamanannya dan seterusnya," kata Rida.

Menurut Rida, saat ini pengembangan nuklir di Indonesia masih sebatas diskusi. Instansinya telah mengumpulkan mengenai dampak positif dan negatif pengembangan energi ini. Orang Indonesia, lanjut Rida, seolah tabu jika membicarakan mengenai PLTN.

Saat ini Indonesia sebenarnya sudah menggunakan nuklir, diantaranya digunakan untuk kesehatan dan pertanian. Rida mengatakan, tak ada bedanya jika komponen nuklir tersebut digunakan untuk membangun PLTN.

"Apa yang dlakukan oleh kita berupaya meletakan PLTN sebagai sesuatu yang tidak lagi yang tabu diperbincangkan teman-teman tidak tabu dengan nukir di kesehatan sudah pakai, di pertanian sudah pakai, sama untuk di PLTN. Cuma peruntukannya beda kalau, terpapar sama bahayanya," pungkasnya. (Pew/Gdn)




**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya