Pengamat Nilai Penurunan BBM Tak Berdampak Luas

Agus menilai penurunan harga BBM hanya dirasakan oleh pemilik kendaraan saja.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Des 2015, 11:03 WIB
Diterbitkan 24 Des 2015, 11:03 WIB
20150930-Pom Bensin-BBM-SPBU-Jakarta
Aktivitas pengisian BBM di SPBU Cikini, Jakarta, Rabu (30/9/2015). Menteri ESDM, Sudirman Said menegaskan, awal Oktober tidak ada penurunan atau kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) baik itu bensin premium maupun solar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio angkat bicara mengenai penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Solar. Ia menegaskan, bahwa kebijakan tersebut tidak berdampak signifikan bagi rakyat Indonesia.

Agus menilai penurunan harga BBM hanya dirasakan oleh pemilik kendaraan saja.

"Tidak ada gunanya, tidak ada manfaatnya buat rakyat. Cuma pemilik kendaraan saja yang menikmati," tegasnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu (23/12/2015).

Pasalnya, Agus beralasan, penurunan harga BBM ini tidak otomatis menurunkan harga kebutuhan pokok dan angkutan umum, yang langsung berhubungan dengan rakyat.

Agus mengatakan, harga minyak dunia berpotensi kembali rebound atau naik. Parahnya lagi, Indonesia masih ketergantungan impor minyak dan BBM sampai 60 persen.

"Harga BBM turun, tarif angkutan dan harga kebutuhan pokok tidak akan turun. Malah jika harga minyak dunia naik lagi, harga BBM akan disesuaikan, bikin rakyat menderita sehingga dampak psikologis ke masyarakat makin kencang," terangnya.

Agus juga menilai, penurunan harga BBM dipenuhi muatan politis ketimbang kepentingan rakyat. Sebab selama ini, desakan menyesuaikan harga jual BBM Premium dan Solar banyak datang dari kalangan politikus, seperti anggota parlemen.

"Sebenarnya rakyat masih mampu, buktinya tidak ada yang komplain harga sekarang. Kan yang minta BBM diturunkan DPR," ujarnya.

Ia menyayangkan kebijakan penurunan harga BBM. Pemerintah, lanjut Agus, seharusnya mempertahankan harga Premium dan Solar masing-masing Rp 7.400 dan Rp 6.900 per liter. Selisih harga keekonomian yang turun dengan harga jual eceran saat ini, bisa digunakan untuk tabungan atau oil fund.

"Uang simpanan itu bisa digunakan Pertamina buat bangun kilang minyak sehingga kita bisa kurangi impor BBM," ucap Agus. (Fik/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya