7 Pemimpin Terkejam Sepanjang Masa

Mereka memerintah dengan tangan besi dan tak henti-hentinya haus akan kekuasaan dan pengakuan.

oleh Vina A Muliana diperbarui 04 Jan 2016, 19:57 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2016, 19:57 WIB
7 Pemimpin terkejam sepanjang masa
Mereka memerintah dengan tangan besi dan tak henti-hentinya haus akan kekuasaan dan pengakuan

Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang sejarah umat manusia, ternyata ada banyak pemimpin kejam yang menggunakan teror untuk dapat mengendalikan wilayah dan rakyatnya. Mereka memerintah dengan tangan besi dan tak henti-hentinya haus akan kekuasaan dan pengakuan.

Berikut tujuh pemimpin terkejam di dunia, seperti dilansir Business Insider, Senin (4/1/2016):

Timur alias Tamerlane (1370 – 1405)

Tamerlane merupakan seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia.

Tamerlane merupakan seorang pemimpin yang kejam. Kabarnya, setiap kali dia menaklukkan sebuah kota, maka setelah itu akan ada menara-menara yang disusun dari ribuan kepala pasukan musuh yang dibantainya.

Bangunan-bangunan dibumihanguskan. Tidak akan ada yang tersisa selain puing-puing dan mayat-mayat tanpa kepala. Kota Urgach menjadi saksi kebrutalan pasukan Temur, kota itu diratakan dengan tanah sampai tidak ada lagi bangunan yang berdiri.

Sosoknya dikenalkan kepada publik Barat sebagai Tamburlaine, sosok pembantai, brutal, dan bengis.

Vlad III Si Drakula

Vlad III, Pangeran Wallachia (1448 - 1476)

Vlad III atau yang sering dikenal dengan Vlad III si drakula adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476. Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah.

Konon bibit kejam ia dapatkan dari Wallachia. Kekejaman di kota itu adalah pemandangan sehari-hari. Vlad kecil suka membunuh binatang kecil tak berdaya demi dapat melampiaskan kekejamannya.

Setelah berkuasa, hal pertama yang Vlad lakukan sebagai penguasa adalah melakukan reformasi dengan cara menyula (impale).

Sula adalah metode pembunuhan dengan dengan cara menusukkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut. Orang-orang pertama yang menjadi korbannya adalah para bangsawan di Wallachia.

Queen Mary I alias Bloody Marry (1516-1558)

Queen Mary I dari Inggris adalah wanita pertama yang berhasil mengklaim tahta Inggris dan menikmati dukungan dan simpati pada awal pemerintahannya.

Meski hanya memerintah dalam waktu yang singkat, Queen Mary nyatanya meninggalkan jejak dalam sejarah. Mary adalah seorang penganut Katholik Roma yang taat dan alim, tetapi usaha-usahanya untuk mempertahankan paham Khatolik mirip-mirip cara Kristen.

Mary menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap penganut Protestan, dan kemudian membakar lebih dari 300 orang penganut Protestan tersebut dalam periode empat tahun, yang membuat dia kemudian dijuluki “Bloody Mary.” Mary meninggal dunia pada usia 42 di Istana St. James, pada tanggal 17 November, 1558.

Adolf Hitler

Adolf Hitler (1933-1945)

Siapa yang tidak mengenal Adolf Hitler? Pria dengan sepotong kumis ini diingat sebagai orang yang tega membunuh jutaan Yahudi. Dia dikenal sebagai sosok yang percaya teori eugenetika yang merujuk pada perbaikan ras manusia dengan memperbanyak orang sehat serta membuang orang-orang yang berpenyakit dan cacat.

Di tahun 1933, Hitler menjadi Kanselir Jerman. Saat berkuasa, dia menggabungkan jabatan kanselir dan presiden menjadi Fuhrer. Dia pun menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman.

Hitler tak segan membunuh semua penentangnya di Partai Nazi pada Juni 1934. Peristiwa itu dikenal sebagai Nacht der langen Messer alias Malam Pisau Panjang. Komunisme dan Yahudi dituding Hitler sebagai pihak di balik memburuknya situasi ekonomi. Atas dendam pada orang orang komunis dan Yahudi, Hitler menyerang dan membunuh mereka.

Secara terbuka dia mengumumkan untuk membunuh orang Yahudi yang ada di dunia. Dia bahkan membangun kamp-kamp besar yang dilengkapi kamar gas untuk orang Yahudi. Hanya beberapa tahun, sekitar 6.000.000 Yahudi tewas di kamp tersebut.

Elizabeth Bathory alias The Blood Countess (1590-1610)

Elizabeth Báthory adalah countess Hungaria dari keluarga Báthory. Keluarga ini diingat untuk pertahanan melawan Utsmaniyah. Ia terkenal sebagai pembunuh berantai dalam sejarah Hungaria dan Slowakia.

Akibat pengaruh satanisme yang dianutnya, ia pun berubah menjadi pembunuh sadis. Elizabeth mulai menyenangi kepuasan seksual lewat penyiksaan yang dilakukannya terhadap pelayan-pelayan lainnya yang masih muda.

Dibantu oleh beberapa pelayan terdekatnya, Elizabeth mengubah Istana Čachtice miliknya menjadi pusat teror dan penyiksaan seksual. Para gadis muda yang jadi pelayannya disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan seperti diikat, ditelanjangi lalu dicambuk dan juga menggunakan berbagai alat untuk menyakiti bagian-bagian tubuh tertentu.

Selama 25 tahun melakukan aksi, konon korban tindakan brutalnya mencapai lebih dari 250 orang.

Benito Mussolini

Benito Mussolini (1922-1943)

Arogan, kejam, dan jahat. Itulah sifat yang dilekatkan pada sahabat Rudolf Hitler, Benito Mussolini. Pria bernama lengkap Benito Amilcare Andrea Mussolini ini juga dikenal sebagai orang suka memaksakan kehendak.

Sempat menjadi editor di beberapa koran, Mussolini kemudian menjadikan fasisme sebagai suatu gerakan politik pada Maret 1919. Dia membentuk Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yang merupakan kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong.

Mussolini meyakini bahwa manusia yang tidak berkualitas harus dimusnahkan. Hal tersebut yang menyebabkan keputusannya dibalik invasi Ethiopia. Ia percaya bahwa ras unggul seperti Italia sudah seharusnya memerintah karena merupakan akibat alami dari evolusi. Sebanyak 30.000 Orang Ethiopia tewas dalam invasi tersebut.

Pol Plot (1975-1979)

Pol Pot atau Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1928 di Prek Sbauv di Indochina Prancis. Dia dikenal sebagai salah satu pemimpin negara yang kejam lantaran dianggap bertanggung jawab atas kematias sekitar dua juta warga Kamboja.

Pada April 1975, aksi Khmer Merah atau Khmer Rouge yang dipimpin Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan Pangeran Shihanouk dan Jendral Lon Nol. Khmer saat itu memiliki basis para petani.

Dalam kekuasannya, rakyat dari perkotaan dievakuasi ke pedesaan. Kemudian rakyat harus hidup bersama di ladang-ladang yang ada. Pol Pot tak segan membunuh siapapun yang berseberangan dengan ide dan langkah politiknya.

Para intelektual dan biksu disiksa dan dibunuh karena dianggap tak sejalan dengan doktrinnya. Cara mengeksekusi 'lawan'-nya pun dikenal begitu kejam. Pacul dan kantong plastik untuk membekap kepala 'lawan' menjadi alat eksekusi Pol Pot. Para korban kemudian dikubur secara massal di wilayah Choen Ek. Tempat itu pun diberi nama 'Killing Field'. (Vna/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya