Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak sempat menyentuh level di bawah US$ 30 per barel pada perdagangan intraday, meskipun akhirnya mampu ditutup kembali di atas level US$ 30 per barel pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
Pelemahan terus-menerus harga minyak tersebut terjadi karena kekhawatiran akan permintaan yang melemah di samping produksi yang terus dipompa.
Mengutip Reuters, Rabu (13/1/2015), harga minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,19 per barel atau 3,7 persen menjadi US$ 30,22 per barel pada penutupan perdagangan. Dalam perdagang intraday, harga minyak WTI sempat menyentuh level US$ 29,93 per barel. Level tersebut pernah dicetak pada Desember 2003.
Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga global, turun US$ 97 sen menjadi US$ 30,58 per barel. Penurunan tersebut mencapai 3,1 persen. Dalam perdagangan intraday, minyak Brent sempat menyentuh level US$ 30,34 per barel.
Pemicu pelemahan harga minyak ini masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Pelaku pasar merasa khawatir dengan apa yang terjadi di China. Penurunan pertumbuhan ekonomi China akan sangat berdampak kepada permintaan energi terutama minyak mentah.
Selain itu, tidak adanya langkah-langkah untuk menahan produksi dari para negara-negara produsen minyak juga menjadi penyebab penurunan harga minyak. Produksi yang tidak terkontrol membuat pasokan berlimpah sehingga menekan harga.
Penurunan harga minyak sepanjang Selasa yang hampir menyentuh angka 4 persen tersebut menambah penurunan yang terjadi sepanjang tahun ini. Jika dihitung sejak awal tahun, harga minyak telah melemah hampir 20 persen.
Belum bangkit
Advertisement
Harga minyak mengalami penurunan yang cukup tajam dalam dua tahun terakhir. Pada pertengahan 2014, harga minyak sempat di atas US$ 100 per barel. Namun harga tersebut terus merosot sepanjang 2015 hingga sempat menyentuh level US$ 37 per barel.
Kondisi ini berlanjut pada tahun ini. Harga minyak diperkirakan belum bangkit di awal 2016. Beberapa analis memperkirakan harga minyak bisa menyentuh level US$ 20 per barel di tahun ini.
Bahkan analis dari Standard Chartered mengatakan harga minyak bisa menyentuh level US$ 10 per barel. Tekanan terhadap harga minyak terjadi lantaran pasokan minyak mentah tak seimbang dengan permintaan global.
Mengutip laman CNN Money, permintaan minyak terus melambat di China menyebabkan harga tertekan. Selain itu, OPEC adalah salah satu pemain minyak terbesar, menolak untuk memangkas produksi miyak untuk mengangkat harga.
Ruginya harga minyak turun
Harga minyak dunia terus jatuh hingga ke level terendah US$ 31 per barel sejak 12 tahun terakhir. Kondisi ini memicu penurunan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, mengaku, pemerintah akan segera mengajukan APBN-Perubahan (APBN-P) tahun ini.
Dipastikannya, salah satu poin yang masuk dalam revisi adalah ICP dari proyeksi sebelumnya US$ 50 per barel. Rencana revisi tersebut seiring dengan pelemahan harga minyak mentah dunia. "Harga minyak (ICP masuk revisi)," kata Bambang.
Dampak dari revisi harga minyak, diakui Bambang, membuat pendapatan negara yang berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) minyak dan gas (migas) serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ikut mengalami perubahan. Dengan demikian, pemerintah membidik penerimaan dari sektor pajak sebagai andalan pendapatan negara di tahun ini.
"Penerimaan minyak sebenarnya sudah mulai kecil. PNBP dari migas di tahun lalu saja sudah tinggal berapa, sehingga kita akan menekankan sumber penerimaan dari pajak," ucap Bambang.
Seperti diketahui, dari data Kementerian Keuangan, setiap perubahan atau penurunan ICP 1 dolar AS, maka berpengaruh terhadap pendapatan negara berkurang Rp 3,5 triliun sampai Rp 3,9 triliun. Sementara imbasnya ke PNBP terjadi koreksi Rp 2,7 triliun sampai Rp 3,1 triliun.
Pada tahun lalu, pendapatan negara dari sektor migas tidak tercapai. Menurut Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menjelaskan, hal itu terjadi karena karena penurunan harga minyak‎ dunia dalam satu tahun terakhir.Â
SKK Migas mencatat realisasi pendapatan negara dari sektor hulu migas sepanjang 2015 mencapai US$ 12,86 miliar. Angka ini sekitar 85,8 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2015 sebesar US$ 14,99 miliar.
Tak hanya itu, anjloknya harga minyak dunia juga telah membuat investasi sektor hulu migas khususnya kegiatan eksplorasi tersendat. Aksi pemutusan hubungan kerja pun tak terhindari.
"Dampak penurunan harga minyak mentah ini ke penurunan investasi hulu migas‎," kata Amien
‎
Amien mengungkapkan, ‎penurunan investasi sektor hulu migas terjadi hampir seluruh dunia. Perusahaan migas baik nasional dan internasional melakukan efisiensi hampir 20,3 persen untuk menghadapi penurunan harga tersebut.
‎"Dampak ini bisa terlihat adanya penurunan belanja investasi di hulu migas hampir seluruh perusahaan minyak internasional maupun nasional mengalami penurunan investasi dan penurunan biaya‎," jelas Amien.
Keuntungan harga minyak ambruk
Keuntungan harga minyak ambruk
Pemerintah di awal tahun ini memberikan banyak hadiah untuk masyarakat. Harga di sejumlah komponen energi diturunkan pemerintah di pembuka 2016 ini. Bahan bakar listrik (BBM), listrik, hingga elpiji mengalami penurunan harga yang bervariasi. yang pasti, masyarakat menyambut baik penyesuaian harga ini.
Penurunan harga BBM untuk premium dan solar sebenarnya sudah ditetapkan pada akhir tahun lalu. Namun penyesuaian harga baru efektif berlaku pada 5 Januari 2016.
Harga BBM jenis Premium RON 88 di Wilayah Penugasan Luar Jawa-Madura-Bali turun menjadi Rp 6.950 per liter dari harga sebelumnya Rp 7.300 per liter dan solar menjadi Rp 5.650 per liter dari harga sebelumnya Rp 6.700 per liter.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan penurunan harga tersebut berdasarkan pertimbangan berbagai parameter, seperti harga referensi minyak periode tiga bulan.
Harga untuk Gasoline 92 (bensin) rata-rata sebesar US$ 57,38 per barel dan untuk Gasoil (solar) rata-rata sebesar US$ 54,8 per barel.
"Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (kurs), biaya penyimpanan, biaya distribusi BBM untuk menjangkau seluruh wilayah NKRI, pajak (PPN dan PBBKB) dan marjin untuk badan usaha penyalur (SPBU). Pemerintah menetapkan kebijakan harga BBM," kata Wiratmaja.
Wiratmaja mengungkapkan pihaknya juga memperhatikan persiapan penyesuaian sistem dalam penyediaan dan pendistribusian BBM yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) pada awal Januari 2016 dan untuk menjamin kehandalan stok BBM di SPBU seluruh Indonesia.
Tak hanya premium dan solar, BBM yang dijual Pertamina lain yakni Pertamax, Pertalite, Pertamina Dex hingga Pertamax Plus juga mengalami penurunan harga.
Direktur Pemasaran Pertamina Achmad Bambang menyebutkan, Pertalite akan turun Rp 350 per liter dari Rp 8.250 per liter menjadi Rp 7.900 per liter.
Untuk jenis Pertamax khusus di wilayah jakarta dan Jawa Barat akan turun dari Rp 8.650 per liter menjadi Rp 8.500 per liter.
Sedangkan untuk Pertamax di wilayah Jawa tengah dan Yogyakarya turun dari Rp 8.750 per liter menjadi Rp 8.600 per liter, Pertamax di Jawa Timur turun dari RP 8.750 per liter jadi Rp 8.600 per liter.
Untuk Pertamax plus di wilayah Jakarta akan turun dari Rp 9.650 per liter menjadi Rp 9.400 per liter.
Selain itu, untuk Pertamina Dex di wilayah Jakarta akan turun dari Rp 9.850 per liter ke Rp 9.600 per liter. "Harga untuk Solar Non PSO juga akan turun dari Rp 8.300 per liter ke Rp 8.050 per liter." tuturnya.
Tarif listrik turun
Tepat pada Jumat 1 Januari 2016 , PT PLN Persero menerapkan tarif listrik baru untuk 12 golongan pelanggan. Penurunan tarif listrik tersebut bervariasi dan berbeda untuk setiap golongan.
"Tarif listrik yg mengikuti mekanisme tariff adjustment pada Januari 2016 turun banyak, dibanding tarif listrik Desember 2015," kata Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun.
Penurunan tarif itu dipengaruhi oleh dua hal yaitu, menurunnya nilai kurs November 2015 Rp 13.673 per US$ dibanding Oktober Rp1 3.796 per US$ dan harga ICP November US$ 41,44 per barrel‎ dibanding Oktober US$ 43,68 per barrel.
Benny melanjutkan, penyebab lain penurunan tarif listrik adalah‎ Keberhasilan PLN melakukan efisiensi operasional yang menyebabkan menurunnya Biaya Pokok Penyediaan Listrik (BPP).
"Kontribusi terbesar penurunan tarif listrik Januari 2016 dibanding Desember 2015 adalah keberhasilan PLN melakukan efisiensi operasi," Benny.
Bersamaan dengan penurunan harga BBM, Pertamina juga menurunkan harga elpiji non subsidi pada 5 Januari 2016 ini. Penurunan tersebut dilakukan karena memang faktor pembentuk harga elpiji juga mengalami penurunan.
Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang menjelaskan, harga gas elpiji untuk ukuran 12 kilogram (kg) turun sebesar Rp 5.600 per tabung. Dengan penurunan tersebut maka satu tabung gas elpiji ukuran 12 kg yang semula dihargai Rp 134.600 menjadi Rp 129 ribu per tabung.
Harga tersebut khusus wilayah di luar Jabodetabek. Sedangkan hhusus untuk Jabodetabek, penurunan elpiji 12 kg sebesar Rp 5.600 per tabung.
Di luar Elpiji 12 kg, Pertamina juga menurunkan harga Bright Gas. "Harga untuk Bright Gas dengan ukuran 5,5 kg akan turun Rp 4.500 per tabung, dari harga lama Rp 62.000 per tabung turun menjadi Rp 57.500 per tabung," kata Bambang.
Penurunan harga Elpiji dan Bright Gas tersebut karena harga komponen pembentuk harga gas juga mengalami penurunan.
Harga minyak bumi telah turun tajam, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga terkendali. Di luar itu, angka inflasi juga sesuai yang ditargetkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Bambang melanjutkan, dengan adanya penurunan harga BBM dan juga gas tersebut maka diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat. (Ndw/Ahm)
Advertisement