Ekonomi China Tumbuh 6,9%, Terendah Sejak 1990

Ekonomi China tumbuh 6,8 persen pada kuartal IV 2015.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jan 2016, 12:15 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2016, 12:15 WIB
Ekonomi China
Foto: npr.org

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat pertumbuhan ekonomi China melambat ke level terendah dalam 25 tahun. Pertumbuhan ekonomi China tercatat 6,9 persen pada 2015.

Pada kuartal IV 2015, ekonomi China tumbuh 6,8 persen. Angka pertumbuhan ekonomi itu masih sesuai dengan perkiraan.

Berdasarkan jajak pendapat Reuters, pertumbuhan ekonomi China di kisaran 6,8 persen dari kuartal III 2015 di level 6,9 persen. Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,9 persen dari periode 2014 di kisaran 7,3 persen.

"Ini adalah angka yang baik. Seperti sudah diketahui kalau selama tiga tahun terakhir pihak berwenang China melambat ekonomi. Perlambatan ekonomi ini terus berlanjut," ujar Kepala Ekonom Asia JP Morgan, Jahangir Aziz seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (19/1/2016).

Ia menambahkan, ekonomi China dikhawatirkan jatuh pada Agustus tahun lalu. Akan tetapi kondisinya telah berubah.

"Kami akan melihat pertumbuhan ekonomi menjadi 6,5 persen dan kebijakan lebih mendukung. Dalam dua bulan terakhir sudah ada perubahan kebijakan. Kami tidak akan melihat situasi seperti tahun lalu," kata Aziz.

Sebelumnya saat acara pembukaan Asian Infrastructure Investment (AIBB) pada akhir pekan lalu, Perdana Menteri China Li Keqiang menuturkan kalau ekonomi akan tumbuh sekitar 7 persen pada 2015.

Selain pertumbuhan ekonomi, Cina juga merilis data penjualan ritel naik 11,1 persen pada Desember. Data penjualan ritel diperkirakan di kisaran 11,3 persen.

Louis Kuijs, Kepala Ekonomi Oxford Economics melihat, konstruksi, properti dan ekspor melemah terus membebani aktivitas dan harga terutama industri berat. Sementara itu, konsumsi terus tumbuh didukung pertumbuhan upah. Ini mendukung industri lebih ringan dan sektor jasa.

"Angka-angka yang dirilis menunjukan keseimbangan di ekonomi China tetapi ini sebagian karena tekanan berat di harga terutama sektor melebihi kapasitas," kata Kuijs.

Ia menambahkan, meski terjadi gejolak di bursa saham baru-baru ini, tetapi tidak ada tanda-tanda perlambatan lebih drastis. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,5 persen pada 2016. Hal itu akan didukung dari suku bunga turun dan kebijakan fiskal. (Ahm/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya