Premi Terlalu Mahal, Asuransi Pertanian Kurang Diminati Petani

Jasindo sebagai pengelola program asuransi pertanian sudah mulai mengimplementasikan program ini ke petani.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Feb 2016, 19:53 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2016, 19:53 WIB
Sawah (Ilustrasi)
Sawah (Antara Foto)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyatakan produk asuransi pertanian belum banyak diminati para petani di Indonesia. Premi sebesar Rp 30 ribu yang harus dibayarkan dianggap terlalu mahal oleh petani.

Ketua Umum AAUI Yasril Y Rasyid mengakui, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) sebagai pengelola program asuransi pertanian sudah mulai mengimplementasikan program ini ke petani.

Sayangnya, para petani masih enggan membeli produk tersebut meskipun punya segudang manfaat terutama sebagai ganti rugi ketika gagal panen.

"Petaninya masih susah. Padahal sudah diberikan subsidi premi 80 persen dari pemerintah dari Rp 180 ribu per hektare (ha)," ujar Yasril saat dihubungi Liputan6.com diJakarta, Selasa (16/2/2016).

Pada asuransi pertanian ini, pemerintah memberikan subsidi premi sebesar Rp 150 ribu. Sedangkan petani hanya membayar sisanya sebesar 20 persen atau Rp 30 ribu. Meskipun sudah dibantu pemerintah, namun kebanyakan petani masih enggan ikut serta dalam program asuransi pertanian ini.

"Bayar 20 persen buat mereka masih kemahalan, keberatan. Apalagi plafon penjaminannya Rp 6 juta, dinilai masih kurang. Itu paling cuma biaya bibit atau pupuk. Tapi setidaknya uang ganti rugi ini bisa membantu mereka menanam kembali sawah yang rusak akibat banjir," Yasril menjelaskan.   

Saat ini, dia mengakui, anggota AAUI belum terlibat aktif dalam program asuransi pertanian. Pengelolaan asuransi ini masih dipercayakan kepada Jasindo, perusahaan asuransi pelat merah.

"Kalau nanti kita sudah terlibat lebih luas, maka kita akan bantu sosialisasinya supaya minat petani ikut serta dalam asuransi pertanian meningkat," tandas Yasril. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya